Ubi Kayu Potensial Dikembangkan di Kaltim
Kaltim Bisa Hasilkan 200 Juta Ton/Tahun
Ubi
 kayu (Manihot esculenta) atau singkong masih dianggap sebagai 'makanan 
kedua' setelah nasi. Padahal, ubi kayu merupakan makanan pokok bagi 
masyarakat di sebagian warga di Indonesia. Selama ini, ubi kayu hanya 
dikenal sebagai cemilan dalam bentuk gorengan yang dijual di 
pinggir-pinggir jalan atau paling tinggi hanya dibuat tepung untuk 
olahan kue, padahal komoditi ini bisa menjadi bahan olahan lain yang 
bernilai ekonomi bagus dan tentunya juga dengan harga jual tinggi.
Beberapa
 tahun ke depan, ubi kayu dipastikan akan naik kelas karena dapat 
menjadi sumber energi terbarukan atau bioenergi setelah diolah dan 
diproses secara kimia menjadi beberapa produk bernilai ekonomi tinggi.
 
Guru
 Besar Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Ratna Shanti yang 
memaparkan potensi ubi kayu yang dapat dikembangkan di Kaltim. Apalagi, 
ubi kayu merupakan tanaman yang mudah tumbuh dimana saja bahkan di tanah
 tandus  sekalipun ubikayu mudah tumbuh.
 
Dalam makalahnya dipaparkan,
 desiminasi tentang Potensi Sumber Daya  Alam Kaltim menyebutkan bahwa 
ubi kayu dapat dikembangkan menjadi beberapa produk bernilai ekonomi 
tinggi, berupa pakan ternak, bio-energi, yakni etanol dan spiritus serta
 bahan agro-industri lain, yaitu stereofoam, fiber, bahan serat pakaian,
 plastik, lem dan lain-lain.
 
Menyongsong Kaltim sebagai provinsi 
Agroindustri dan Energi terkemuka masa depan, kesiapan Kaltim untuk 
mengembangkan Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat diperbarui (renewable 
resources) melalui tanaman kelapa sawit, ubi kayu, padi dan aren, 
menjadi sangat penting.
 
Data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan 
Hortikultura menyebutkan potensi pengembangan ubi kayu di Kaltim sangat 
besar mengingat luasnya lahan yang masih tersedia. Lahan kering yang 
tersedia 2.861.116 hektare, sementara lahan yang telah ditanami ubi kayu
 7.932 hektare dengan produksi 16,03 ton per hectare. Produksi produksi 
ubi kayu Kaltim  saat ini baru mencapai 125.714 ton.
 
“Saat ini ada 
beberapa jenis atau varietas ubi kayu yang cocok dikembangkan di 
Kaltim,L yakni jenis local, adira, malang,  gajah, mekar manik, dan 
darul hidayah. Bahkan, varietas seperti gajah dan darul hidayah mampu 
menghasilkan 100-150 ton per hektare,” ujarnya.
 
Jika diutak-atik, 
dengan luas lahan kering mencapai 2.861.116 hektare jika dikalikan 
rata-rata 100 ton per hektare, Kaltim dapat menghasilkan lebih dari 200 
juta ton ubi kayu dengan masa tanam 8-9 bulan.
 
Ratna Shanti 
mengatakan, permintaan ubi kayu secara Internasional tidak pernah 
terpenuhi oleh Indonesia. Salah satu importir ubi kayu dalam bentuk umbi
 basah dan kering adalah China. Pabrik ubi kayu kering atau gaplek  di 
China selalau kekurangan bahan baku. China yang menjadikan ubi kayu 
sebagai tepung, serat sintetis, bio etanol dan lain-lain.
 
Kendala 
yang dihadapi Indonesia, khususnya Kaltim, ujar Ratna adalah persaingan 
ekspor ubi kayu dengan negara Thailand dan Vietnam serta jika terjadi 
penurunan harga komoditas ubi kayu dunia. Saat ini, harga internasional 
ubi kayu basah Rp600 per kilogram.
 
Menurutnya, yang harus dilakukan 
Pemprov Kaltim saat ini adalah membuat gerakan sosialisasi dan 
memotivasi petani untuk menanam ubi kayu varietas unggul. Selain itu, 
perlu melaksanakan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi untuk
 ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.
 
“Selain itu, 
 tentunya melakukan penelitian tentang pemanfaatan ubikayu menjadi 
produk industri hilir untuk mendapatkan nilai tambah. Setelah itu, tugas
 pemerintah untuk berpromosi mencari investor untuk menanamkan modal 
dalam industri ubi kayu,” ujarnya. (mar)
Sumber : http://www.poskotakaltim.com/berita/read/10575-Ubi%20Kayu%20Potensial%20Dikembangkan%20di%20Kaltim

Tidak ada komentar:
Posting Komentar