..Ibadah qurban itu berarti perlu disiapkan dengan beternak yg baik !

Selasa, 02 April 2013

Peluang Agribisnis Sapi di Kabupaten Nunukan



 



Peluang Agribisnis Sapi di Kabupaten Nunukan


Sapi merupakan komoditas unggulan sektor peternakan yang akhir-akhir ini marak dibicarakan terutama yang berhubugan dengan importasi daging sapi. Importasi daging sapi yang marak dengan praktek-praktek kecurangan telah menimbulkan efek domino di masyarakat seperti terjadinya kelangkaan daging sapi hingga melonjaknya harga-harga makanan yang menggunakan produk daging sapi. Hal ini secara langsung berdampak pada pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa importasi masih menjadi upaya yang efektif untuk memenuhi kebutuhan daging sapi? Untuk menjawab hal tersebut perlu adanya sinergi antara para pemangku kebijakan dalam memecahkan persoalan kebutuhan daging sapi. 

Kabupaten Nunukan sendiri secara faktual menunjukkan adanya trend peningkatan konsumsi daging sapi yang setiap tahun semakin meningkat seiring akibat adanya pertambahan jumlah penduduk serta  adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Kondisi ini perlu diantisipasi sejak dini dalam memenuhi permintaan daging sapi masyarakat Kabupaaten Nunukan. Saat ini, suplai daging lokal belum mampu memenuhi permintaan pasar lokal sehingga tidak dipungkiri masih banyaknya beredar daging beku dari Malaysia. Mengapa daging beku Malaysia banyak diperjualbelikan? Hal ini tentunya berkaitan dengan hukum ekonomi dimana pasar menuntut adanya stok sehingga yang terdekat menjadi sumber daging meskipun secara teknis kondisi daging yang dari Malaysia masih diragukan keamanan dan kehalalannya.

Dengan berkaca pada kondisi diatas, tentunya kita tidak ingin daging dari Malaysia yang tidak jelas terus menerus dikonsumsi masyarakat Nunukan. Kita menginginkan agar masyarakat mengkonsumsi daging segar yang terjamin dari segi ASUH (aman, sehat, utuh dan halal). Bagaimana upaya ideal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan daging ASUH? Tentunya berasal dari sapi-sapi yang sehat dan melalui proses pemotongan sesuai syariat islam.

Yang menjadi permasalahan di Kabupaten Nunukan adalah bagaimana mendapatkan sapi-sapi dalam jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan daging sapi warga Nunukan. Tulisan ini mencoba memberikan alternatif bagi para pemangku kebijakan agar dapat duduk bersama dapat memberikan solusi terhadap permasalahan diatas.

Ada alternatif sederhana yang sudah berjalan di beberapa daerah di Indonesia sehubungan dengan peningkatan populasi sapi. Kabupaten Nunukan menurut data Bappeda tahun 2010, memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 59.262 ha yang tersebar di beberapa kecataman. Perkebunan kelapa sawit memiliki modal utama yaitu lahan yang luas dan limbah yang dapat menjadi bahan pakan sapi.

Pembangunan peternakan tidak terlepas dari kebutuhan lahan terutama untuk sumber hijauan makanan ternak. Penulis mengamati bahwa lahan yang ada lebih ekonomis dijadikan kebun kelapa sawit dibandingkan dijadikan lahan hijauan makanan ternak (HMT). Hal ini sangat realistis, untuk itu perlu ada perubahan pola pikir pemilik perkebunan kelapa sawit menuju pola integrasi sapi dan kelapa sawit.

Pola integrasi sapi-sawit memberikan keuntungan timbal balik antara sapi dan sawit. Sawit mendapatkan pupuk organik dari kotoran sapi dan sapi mendapatkan pakan dari limbah sawit. Perkebunan kelapa sawit seluas 59.262 ha yang ada di Kabupaten Nunukan merupakan potensi yang sangat besar dalam pengembangan ternak sapi. Kita bayangkan jika 1 ha lahan sawit dikembangkan 1 ekor sapi, maka terdapat 59.262 ekor sapi. Kebutuhan daging sapi di Kota Nunukan bila dikonversi dalam bentuk sapi, per hari memerlukan  sekitar 7-8 ekor sapi.  Dengan demikian bila perkebunan sawit bisa mengintegrasikan lahannnya dengan peternakan sapi maka persediaan sapi untuk Nunukan dapat menyuplai hingga 20 tahun lamanya. 

Pola integrasi ini lebih realistis dibandingkan menunggu kemampuan produksi peternak yang hanya membudidayakan sapi dengan pola-pola sederhana karena sapi masih menjadi “second job” bagi petani kita. Sapi hanya dianggap komoditas yang menjadi jalan keluar untuk hal-hal tertetu seperti untuk dijual sebagai biaya sekolah anak atau untuk sapi qurban saja. Sapi tidak diliat sebagai komoditas bisnis yang menjanjikan penghasilan seperti yang dilakukan petani di Pulau Jawa. Secara tekni,s sapi khususnya sapi Bali dapat mengalami pertambahan berat badan harian ideal antara 0,5-0,8 kg/hari bila diternakkan dengan baik sehingga dalam sebulan bisa mencapai kenaikan berat badan 24-28 kg. Sapi Bali dengan bobot 120-150 kg di Nunukan dihargai sekitar 7-8 jt, bukankah hal ini merupakan peluang bisnis?saatnya kita makan daging segar yang ASUH.

 
By : Drh. Muh. Rais Kahar (Kasi Keswan dan Kesmavet  Dipsertanak Nunukan) 
HP : 081342143866

Tidak ada komentar:

Posting Komentar