..Ibadah qurban itu berarti perlu disiapkan dengan beternak yg baik !

Kamis, 02 Februari 2012

Di Krayan-Nunukan, Jika Musim Panen Padi Tiba Gereja Ikut Sibuk

Musim Panen Padi Tiba, Gereja Ikut Sibuk
panen_padi.JPG

Para petani di Desa Pa’ Nado, Long Midang, Kecamatan Krayan beristirahat setelah seharian bekerja memanen padi


Desember dan Januari merupakan bulan yang selalu dinantikan warga Kecamatan Krayan. Saat musim panen padi tiba, mereka yang sedang berada di luar daerah akan kembali ke kampung untuk memotong padi. Rasa kebersamaan tercermin pada setiap musim panen. Namun padi organik Krayan yang menjadi santapan keluarga kesultanan di Brunei Darusallam ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani.


Meskipun letaknya terisolir dari ibukota Kabupaten Nunukan, namun alam Krayan menyimpan potensi yang luar biasa. Selain garam gunung, Krayan memiliki varietas padi organik yang dinamakan padi Adan. Tanaman padi ini sama sekali tak tersentuh pupuk maupun pestisida. Usai menanam, petani membiarkan padinya tumbuh tanpa perawatan lebih. Saat bulir padi mulai berisi, tak ada seorangpun yang sibuk mengusir burung-burung. Butuh waktu satu tahun untuk dapat menuai padi hasil menanam itu.


Saat panen adalah saat kegembiraan bagi warga Krayan. Gereja pun ikut disibukkan dengan permintaan bantuan untuk memanen padi milik petani. Juanli, salah seorang warga Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Long Midang, siang itu harus rela menahan terik matahari untuk memotong rumpun padi yang bulir-bulirnya sudah menguning.


Ia bersama sekitar 50 jemaat turut serta pada panen di sawah salah seorang warga setempat. Dengan memanen pada dua petak lahan yang menghasilkan 200 kaleng
atau sekitar 3 ton gabah kering giling, gereja mendapatkan pembayaran Rp2.200.000. Uang itu masuk ke kas gereja dan sebagian akan digunakan untuk kebaktian pengucapan syukur.


“Kita kerjanya memotong padi sampai memukul, memisahkan padi dari batangnya. Memang kalau sudah musim panen seperti ini permintaan bantuan ke gereja pasti banyak. Sekarang saja banyak yang ngantri meminta kita turun,” ujarnya.


Yana yang juga jemaat gereja mengatakan dengan membantu memanen padi, gereja bisa mendapatkan hingga Rp13 juta pada setiap musim panen. Sebagian uang disisihkan membeli babi dan kerbau untuk dimasak dan dimakan berama-ramai pada kebaktian ucapan syukur. GKII Long Midang memiliki jemaat sebanyak 180 jiwa. Selain itu di sana terdapat Gereja GBI dan GKPI.


Manisnya senyum yang terpancar dari kegembiraan saat panen ternyata tak berlanjut saat para petani harus menjual beras milik mereka. Beras-beras ini dijual dengan murah ke Ba Kelalan, Serawak, Malaysia. Segantang beras seberat 3,5 kilogram hanya dihargai 19 ringgit Malaysia atau sekitar Rp55.000. Sementara jika sudah dikemas dengan merk bario, Serawak, Malaysia, beras dijual hingga 20 ringgit Malaysia perkilogramnya.


“Harganya variatif. Kalau beras baru panen bisa mencapai 20 ringgit segantang. Tapi kalau sudah beras lama hanya 17 ringgit. Di sana kalau sudah dikemas harganya dijual tiga kali lipat,” kata Juanli.


Penderitaan warga Krayan yang harus menjual murah beras Adan ke Malaysia direspon Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan memberikan sertifikat indikasi geografis (IG), yakni bentuk perlindungan hukum terhadap produk unggulan yang dikembangkan secara spesifik seperti di Krayan. Di Krayan terdapat empat jenis padi Adan yakni beras berwarna putih pendek, beras berwarna putih panjang, beras berwarna merah dan beras berwarna hitam.


“Yang mendapatkan IG, beras Adan yang kecil-kecil pendek,” kata Camat Krayan Samuel ST Padan. Tahun 2010 lalu, produksi padi Adan
di Krayan dan Krayan Selatan mencapai 13.960 ton gabah kering giling.


Pemerintah Kecamatan memfasilitasi pembentukan Asosiasi Masyarakat Adat Perlindungan Beras Adan Krayan. Lembaga ini akan menampung, mengemas, memberikan label hingga menjual padi Adan asal Krayan. Dengan terbentuknya lembaga itu, Kepala Adat Besar Krayan Yagung berhadap gengsi warga Krayan bisa naik. Mereka tak perlu lagi harus bersusah payah menjual berasnya ke Ba Kelalan. Sebaliknya, orang Ba Kelalan yang akan memburu beras ke Krayan.


Sebenarnya padi Adan tak hanya dibudidayakan di Kecamatan Krayan. Padi jenis tersebut juga dikembangkan di Ba Kelalan dan Bario, Serawak. Namun jumlahnya terbatas tak sebanyak di Krayan. Selain karena terbentur lahan yang terbatas, tenaga kerja juga tak banyak. Anak-anak muda di Ba Kelalan dan Bario memilih sekolah keluar daerah seperti di Bandar Lawas, Miri dan Kota Kinabalu, Sabah. Ada juga yang memilih bekerja sebagai buruh bangunan, penebang pohon hingga buruh kebun kelapa sawit. Mereka kemudian mengirimkan orang tuanya sejumlah uang dengan harapan bisa membiayai warga Krayan mengerjakan sawah mereka.


"Dulu mereka sangat mengharapkan tenaga kerja dari kita. Tetapi karena di sini sudah sibuk semuanya, makanya lahannya di Malaysia terlantar. Penduduk yang ada di kampung mereka sangat sedikit, yang tinggal orang tua. Anak-anak mudanya tidak mau kerja di sawah. Itu sudah dari zaman dulu seperti itu,” ujar Yagung.


Karena semakin terbatasnya lahan pertanian sawah di Malaysia, permintaan beras Adan Krayan juga ikut meningkat setiap tahunnya.


“Sekarang orang di sana hanya menanam padi untuk dimakan sendiri. Yang dijual ke Miri, Sabah, Bario, Brunei Darusallam, itu diambil dari kita punya,” ujarnya.


Dengan terbentuknya asosiasi yang akan bekerja hingga ketingkat desa, diharapkan ketergantungan Malaysia terhadap padi Adan justru membuat mereka yang beramai-ramai datang berburu beras ke Krayan. Rencana menampung hasil panenan petani di Krayan dilakukan secara bertahap mulai tahun ini.


“Kalau orang Malaysia yang ke sini, kita tidak perlu lagi barter ke Ba Kelalan. Jadi warga kita ke sana membeli kebutuhan pokok dengan membawa uang dari sini. Tidak bawa beras,” ujarnya.


Bupati Nunukan Basri mengatakan, tidak tertutup kemungkinan Perusahaan Daerah Nusa Serambi Persada akan bekerjasama dengan
Asosiasi Masyarakat Adat Perlindungan Beras Adan Krayan, untuk membiayai pembelian gabah para petani.


“Ada kemungkinan kerjasama dengan asosiasi. Memang di sana serba sulit. Kalau mau dijual di luar Krayan, ongkos kirimnya yang mahal. Jadi marketnya selama ini hanya ke luar negeri di Malaysia,” ujarnya.

Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2012/01/31/musim-panen-padi-tiba-gereja-ikut-sibuk



|






Tidak ada komentar:

Posting Komentar