Anggaran Ditingkatkan, Buat Demplot Percontohan
NUNUKAN – Arah pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Nunukan masih perlu digenjot. Selain anggaran yang dinilai masih minim, pemanfaatan lahan ternyata juga belum maksimal.
“Anggaran pertanian di Nunukan ini masih tergolong kecil dibanding daerah-daerah lain di Utara Kaltim. Mencapai kurang lebih Rp 50 M per tahun. Anggaran tersebut, mestinya ditingkatkan,” saran Ketua LSM Panjiku Mansyur Rincing.
Selain anggaran yang perlu ditingkatkan, di Kabupaten Nunukan, lahan pertanian yang sudah ada tergolong sedikit, dibanding centra pertanian di daerah lain. Kabupaten Nunukan, lanjutnya, punya potensi lahan yang luas, tidak hanya terpusatkan di Kecamatan Nunukan, tapi justru lahan yang lebih luas ada di beberapa wilayah kecamatan di perbatasan dan pedalaman. Sebut saja, Seimanggaris, Sebuku, Krayan dan Krayan Selatan.
Ihwalnya dinas terkait dalam hal ini Dinas Pertanian harus lebih kreatif dan getol menggenjot ikon pertanian apa yang bisa dikembangkan petani. “Contoh di Krayan, pertanian apa yang sudah digarap di sana selain padi, kan tidak ada. Seharusnya, buatlah demplot percontohan, kembangkan jenis tanaman apa yang cocok di tanah subur Krayan, Seimanggaris, Sebuku, dan kecamatan lainnya,” ungkapnya.
Ikon pertanian di Nunukan menurut Masyur, juga belum mengemuka. Buktinya, tak banyak yang mengenal khas pertanian apa yang sudah dihasilkan di Nunukan. Selain upaya promosi yang minim, juga karena pengembangan yang tidak berkelanjutan, hasil pertanian malah didatangkan dari luar daerah seperti Sulawesi, mulai dari lombok, tomat, beras, wortel dan komoditas lainnya. Sementara yang ada di Nunukan hanya singkong tradisional, sayur-sayuran dari kebun warga. Padahal, Kecamatan Krayan penghasil padi yang diakui Malaysia dan Brunei Darussalam. Sebatik juga penghasil padi, tapi faktanya Kabupaten Nunukan masih import beras.
“Sudah 12 tahun berdiri, Nunukan harus berubah, khususnya di sektor pertanian. Perlu digenjot, perlu terobosan baru agar petani bisa termotivasi menggarap lahannya. Jika sektor pertanian maju, maka petani dan masyarakatnya juga akan lebih sejahtera,” ujarnya menyakinkan.
Belum Swasembada
Untuk diketahui, data produksi padi se-Kabupaten Nunukan pada 2011 mencapai 39.857 ton, mengalami peningkatan 4 persen dibanding produksi 2010 yang hanya 38.500 ton.
Jumlah produksi ini sebenarnya sudah melebihi jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat lokal se-Kabupaten Nunukan atau surplus, namun belum mencapai target swasembada beras.
"Secara kabupaten produksi padi kita sudah surplus, tapi belum swasembada," kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan/Holtikultura, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertanak) Nunukan, Subandi belum lama ini.
Dalam dua tahun terakhir ini, jumlah produksi padi terbilang tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dari produksi padi 39.857 ton padi, dapat menghasilkan 25.109,91 ton beras, sementara konsumsi beras masyarakat Nunukan yang jumlahnya 140.841 jiwa hanya membutuhkan 18.731,9 ton, masih ada selisih lebih surplus beras 6.378 ton.
Program swasembada pangan yang menjadi program utama Pemprov Kaltim dan Pemkab Nunukan ini ditargetkan mampu terealisasi tahun 2015 mendatang. Dikatakan, produksi padi di beberapa wilayah seperti Krayan dan Sebatik selama ini melebihi jumlah kebutuhan komsumsi mereka, namun swasembada pangan Kabupaten Nunukan tetap belum mencapai target swasembada karena hasil produksinya tidak terdistribusi dengan baik ke ibukota Nunukan.
Produksi Krayan dan Sebatik banyak, namun petani menjualnya keluar (Malaysia), sedangkan untuk pendistribusian ke Nunukan membutuhkan biaya yang lebih tinggi. (ica)
Sumber : http://www.radartarakan.co.id/index.php/kategori/detail/Nunukan/23314
Tidak ada komentar:
Posting Komentar