MEREKAYASA TEKNIK BUDIDAYA AGAR JAGUNG BERTONGKOL BANYAK
Memaksimalkan Akar Nafas (brace roots)
Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto
Inspirasi tentang bagaimana merekayasa agar Jagung bisa
berproduksi maksimal sebenarnya sudah muncul pada saat mendampingi istri membimbing
siswa Jurusan Pertanian melakukan Uji Kompetensi di lapangan. Istri
yang juga seorang Guru di SMK Negeri Nunukan waktu itu menunjukkan kepada
penulis kalau Jagung yang ditanam seorang siswanya ada yang menghasilkan
tongkol lebih dari satu. Ada yang
mengeluarkan 2 (dua) tongkol ada juga yang mengeluarkan tiga sampai empat
tongkol, dan tongkol itu besar semua
serta layak untuk dipanen. Memang tidak
semua hamparan menunjukkan gejala demikian, meskipun yang ditanam itu bukan
Jagung yang diklaim bertongkol dua.
Lama penulis mengamati fenomena lapangan yang sebenarnya hal
itu sering terjadi. Namun waktu itu
sambil menunggu istri membimbing para siswanya, penulis melihat lebih lama lagi
pada tanaman Jagung yang bertongkol banyak itu. Postur batang dan daunnya adalah yang paling
tinggi dibandingkan dengan tanaman Jagung di sekitarnya. Daunnya terlihat lebih lebar dan lebih
panjang, batangnya terlihat lebih besar dan lebih kokoh dari yang lainnya. Pengamatan penulis akhirnya turun ke bawah
melihat lebih seksama lagi keadaan batang bagian bawah pohon Jagung.
Di bagian atas tanah terlihat ada tonjolan-tonjolan akar
yang keluar dari buku-buku atau ruas-ruas batang Jagung. Tidak seperti akar yang ada di dalam tanah
yang berupa serabut-serabut halus, akar
yang keluar dari ruas-ruas batang ini ukurannya lebih besar dan terlihat
kokoh. Maka tadi disebut seperti
tonjolan-tonjolan. Akar ini banyak
disebut sebagai akar nafas (brace root) atau akar tambahan (adventitive
root) atau akar ruas.
Gambar : Akar tanaman Jagung waktu masih kecambah
(kiri), dan pada waktu dewasa (tengah
dan kanan).
Lho ! Apa hubungannya
dengan produksi tinggi? Apa hubungannya
dengan jumlah tongkolnya?
Ini memang belum merupakan hasil penelitian yang
mendalam. Ini adalah hasil pengamatan biasa
saja sambil lalu, namun sepertinya agak meyakinkan. Karena fenomena ini juga dijumpai oleh
teman-teman penulis di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten
Nunukan. Karena fenomena ini juga
sering penulis sampaikan kepada teman-teman Penyuluh Lapangan yang
berpengalaman. Mereka semua menguatkan
dugaan fenomena ini, yaitu ada hubungannya antara jumlah tongkol dan fungsi
akar nafas ini.
Ternyata ini bukan akar nafas biasa yang bukan sia-sia
diciptakan. Dia bukan hanya sebagai penghias agar tanaman Jagung kelihatan
kokoh. Ternyata akar ruas ini bisa juga
tumbuh memanjang jika sudah menyentuh tanah.
Jika akar ruas ini ditutup tanah, maka akar ruas ini akan tumbuh
memanjang dan berfungsi sebagai ‘akar serabut’
yang juga menyerap berbagai unsur hara yang terlarut di dalam air
tanah. Dengan berfungsinya akar-akar
bantuan ini maka translokasi nutrisi dan unsur hara tanah menjadi lebih banyak.
Yang agak unik dan mungkin masih harus dikaji lagi adalah,
seperti ada hubungan antara jumlah akar ruas yang tumbuh di dalam tanah dengan
jumlah tongkol jagung yang dihasilkan.
Maksudnya jika akar ruas yang berkembang hanya 1 ruas saja, maka tongkol
yang bisa dipanen adalah juga hanya satu.
Jika akar ruas yang tumbuh dan berkembang dalam tanah itu ada dua ruas,
maka jumlah tongkolnya bisa 2 atau lebih.
Demikian juga jika akar ruas yang tertimbun tanah itu sebanyak 3 ruas
atau lebih, maka tongkol yang bisa dipanen bisa lebih dari 3 tongkol.
Tentu saja Anda tidak saya paksa untuk percaya sebelum
mencoba dulu. Namun paling tidak inilah salah satu cara
untuk memaksimalkan fungsi akar tambahan ini, sehingga bisa memaksimalkan
jumlah tongkol, dan selanjutnya memaksimalkan hasil panen Jagung kita. Jadi sekarang yang perlu dipikirkan adalah
bagaimana caranya supaya akar-akar ruas itu bisa tertimbun semakin banyak,
sehingga perakaran yang bisa dikembangkan semakin luas dan banyak. Caranya ya pasti dengan pembubunan tanah di
tempat tanaman Jagung itu berdiri kokoh.
Mungkin kita bisa meniru system penanaman bibit Tebu. Mula-mula lahan dibuat seperti berparit-parit
dangkal saja, tidak sampai berair. Jarak
antar ‘parit’ ini dibuat selebar jarak antar baris Jagung yang akan kita tanam. Soalnya Jagung nanti kita tanam di dalam ‘parit’ itu. Setelah bibit tumbuh dan berkembang dari
dalam parit itu, sesuai perkembangannya maka parit itu kita ‘tambah’ tanahnya,
sehingga parit yang berisi tanaman jagung yang sudah tumbuh agak tinggi itu
agak dangkal. Berarti kita melakukan
pembubunan tanaman Jagung yang pertama.
Nah disinilah penambahan tanah yang bersentuhan dengan akar ruas tadi
akan menyebabkan akar ruas semakin
tumbuh dan berkembang secara fungsional.
Jagung tentu saja akan semakin besar. Nah… setelah itu dilakukan ‘penimbunan’
akar dan batang Jagung yang ada di atas tanah pembubunan pertama. Pembubunan kedua ini juga bertujuan menutupi
akar ruas dengan tanah yang subur.
Dengan adanya tanah di sekitar perakaran ruas tadi, maka akar juga akan
berkembang dan memiliki fungsi sebagaimana akar-akar yang lainnya. Pada pembubunan kedua inilah yang nanti bisa
menutup sebanyak-banyaknya akar ruas yang masih mungkin untuk dilakukan. Karena kalau semakin tinggi tanah untuk
pembubunan tanah, maka semakin banyak juga
tenaga yang diperlukan.
Waduh maaf gambarnya kurang bagus…….
Tapi yang jelas, dengan menimbun akar ruas batang maka akar
tersebut akan tubuh memanjang dan melakukan fungsinya membantu tanaman
menyerap nutrisi dan air. Dengan demikian akan menambah kekuatan bagi
tanaman untuk membentuk seluruh potensi tongkol-tongkol buah yang memang sudah
ada di beberapa ketiak daun. Biasanya
pemunculan tongkol buah dimulai dari ruas ke 7,
kemudian baru ruas ke 6 dan ke 5.
Bisa jadi di tempat Anda berbeda, mungkin karena Jenis Jagungnya
berbeda. Silakan dicoba dan diamati.
Inilah penampilan Jagung yang nutrisinya sangat cukup karena
dipupuk dengan pupuk organic yang tepat, sehingga tanaman Jagung mengeluarkan
semaksimal mungkin potensinya.
Tentu saja masih ada banyak cara lain untuk memaksimalkan
produksi Jagung dengan memperbanyak tongkol buah produktif, selain upaya
pembubunan akar ruas tersebut di atas.
Inilah hasil pengamatan dan ujicoba kami, semoga ini bermanfaat bagi
seluruh petani Indonesia. Semoga
sumbangsih pemikiran ini bisa membantu peningkatan penyediaan pangan berbasis
Jagung di Indonesia dan dunia, Amiin.
Bagaimana pendapat Anda?