Jawawut[4], juwawut, atau sekoi (Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil (milet) yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur danAsia Tenggara sebelum budidaya padi dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis milet dan sekarang menjadi milet yang terluas penanamannya di seluruh dunia, dan yang terpenting di Asia Timur. Nama Pulau Jawa acap dikaitkan dengannya.
Nama-nama lokalnya, di antaranya, jawa (Plb.); jaba ikur (Bat.); jaba uré (Toba);jĕlui (Riau); sĕkui (Mly.); sĕkuai, sakui, sakuih (Min.); randau (Lamp.); jawae(Day.); jawawut, kunyit, sekul (Sd.); jawawut, juwawut, otèk (Jw.); jhaba, jhaghung jhaba, jhabalèk (Md.); jawa sĕmi, jawawut (Bl.); botai, boté, wotei, batung, wetung, gětung (aneka dialek di Sulut); batang, bětěng, wětěng, bané, bailo, wailo (Sulsel);botoh, sain (Timor); hotong, atong, hetene, hetenu (Ambon); hétan (Wetar); wetan(Solor); botan (Kai, Tanimbar); bètèn, fètèn (Buru); bobootĕné, botĕmé (Hal.); futu(Ternate & Tidore).[5]
Pemerian botanis
Jawawut adalah tanaman semusim seperti rumput, yang dapat mencapai ketinggian 150(–175) cm. Batangnya tegak, kadang-kadang bercabang. Daun-daunnya tunggal, berseling, bentuk garis atau pita, 15–30(–50) cm × 0,5–2,5(–4) cm, meruncing di ujung, tulang daun tengahnya menonjol; dengan pelepah sepanjang 10–15(–25) cm, gundul atau sedikit berambut, lidah (ligula) pendek, berjumbai.[6]
Malainya rapat, be"rambut", dan dapat mencapai panjang 30cm, sehingga orang Inggris menamakannya "milet ekor rubah" (foxtail millet). Bulirnya kecil, hanya sekitar 3mm diameternya, bahkan ada yang lebih kecil. Warna bulir beraneka ragam, mulai dari hitam, ungu, merah, sampai jingga kecoklatan.
Manfaat
Catatan dari Cina menunjukkan paling tidak juwawut telah dibudidayakan pada sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi[6]. Pada saat itu, juwawut menjadi satu-satunya biji-bijian yang dibudidayakan di sana. Dari Cina, tanaman ini kemudian menyebar ke barat, hingga mencapai Eropa pada sekitar milenium ketiga[6] sebelum Masehi. Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya, sehingga dikenal pula sebagai "milet Italia".
Rumphius mencatat bahwa hotton atau botton ini ditanam orang di Bali,Makassar, dan Buru, tetapi tidak dalam jumlah besar. Mereka memasaknya dengan santan kelapa hingga menjadi bubur.[7].
Terdapat dua kelompok varietas biologis. Yang pertama adalah jewawut yang biasa dimakan orang, S. italica var. italica, dan yang kedua adalah yang biasa dijadikan pakan burung, S. italica var. moharica.
Selain bijinya, jawawut juga menghasilkan hijauan pakan ternak. Rumput ini dapat berproduksi hingga 15-20 ton hijauan perhektare dan 3,5 ton jerami perhektare.[8]
Sumber :http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jawawut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar