DILEMA PETERNAK AYAM POTONG DI NUNUKAN
Oleh : Drh. Muh. Rais Kahar *)
Perkembangan
peternakan broiler (ayam potong) di Kabupaten Nunukan saat ini mengalami
kondisi stagnan dan cenderung mengalami kemunduran yang diakibatkan melonjaknya
harga sarana produksi peternakan (sapronak) dan tata niaga daging ayam di pasar
yang tidak jelas mengakibatkan peternak ayam potong banyak yang memilih
mengosongkan kandang ketimbang harus merugi.
Potensi peternakan
ayam potong di Kabupaten Nunukan sebenarnya sungguh besar, berdasarkan pantauan
dan pengamatan penulis, kapasitas tampung kandang yang dimiliki peternak di
Kota Nunukan mencapai 87.800 ekor. Kenyataannya saat ini, kandang yang terisi
hanya 20-25% dari kapasitas kandang yang ada. Di sisi lain, permintaan daging
ayam di Kota Nunukan semakin meningkat.
Berdasarkan pemantauan kami, jumlah daging ayam yang diperrdagangkan di Kota
Nunukan dalam sebulan mencapai 94.500 kg. Jumlah ini ekuivalen 47.250 ekor ayam
hidup dengan bobot panen 2,5 kg.
Permintaan daging ayam dengan jumlah ini hanya
berlaku pada hari-hari biasa, berbeda dengan permintaan pada hari-hari besar
yang biasanya mengalami peningkatan sebesar 20-25%. Yang menjadi ironi di kota
Nunukan yaitu tingginya permintaan pasar akan daging ayam tetapi kemampuan
lokal peternak tidak mampu memenuhinya. Mengapa demikian? Selain tingginya
harga sapronak, penyebab lain mengapa peternak setengah hati mengembangkan
usahanya yaitu adanya serbuan daging ayam dari Sulawesi yang menyebabkan
disparitas harga sangat ekstrem di pasar. Lagi-lagi hukum ekonomi menjadi
alasan dimana permintaan tinggi, maka barang akan datang dengan sendirinya.
Untuk memperbaiki
kondisi peternakan ayam potong dan menyelamatkan usaha peternak maka kami
menawarkan alternatif solusi. Peternakan ayam potong merupakan usaha komersil
yang memerlukan dukungan permodalan yang kuat dan konsisten. Mekanisme tata
niaga daging ayam semestinya ditentukan oleh peternak dan pengusaha ayam
potong, tidak ditentukan oleh segelintir pedagang yang tidak mau tahu
kelangsungan hidup peternak.
Pola budidaya perunggasan utamanya ayam potong di
hampir sebagian besar daerah di Indonesia menganut pola kemitraan. Pola
kemitraan sampai hari ini dianggap sangat efektif untuk menunjang usaha
peternak dalam pemenuhan sapronak dan pemasaran hasil. Kabupaten Nunukan sudah
seharusnya menjalankan pola kemitraan mengingat potensi permintaan pasar dan
kapasitas kandang yang dimilkinnya. Pola kemitraan sangat membantu usaha ayam
potong dimana pihak inti menyediakan sapronak dan pihak peternak sebagai mitra
menyiapkan kandang dan pekerja.
Inti yang baik
adalah inti yang mampu menyediakan secara penuh kebutuhan sapronak peternak
pada saat “chick in” dengan pola pinjaman. Hal terpenting dalam usaha
peternakan adalah pemasaran. Pada waktunya peternak panen, pihak inti mengambil
semua ayam peternak dan peternak tinggal
berhitung berapa selisih pengambilan sapronak dengan perhitungan harga jual
bobot ayam yang di panen yang hidup. Pihak inti nantinya tinggal mengatur
mekanisme penjualan di pasar.
Bila kemitraan ini
bisa berjalan maka kita kembalikan posisi masing-masing pihak pada tempatnya
yaitu peternak hanya beternak dan mengurusi kandang tidak lagi ada peternak
yang merangkap penjual karena bila peternak masih merangkap penjual di pasar
maka tetap akan terjadi banting-bantingan harga di pasar. Bila pola kemitraan
dapat berjalan baik maka mekanisme harga pasar dapat dikendalikan dan tidak
akan ada lagi serbuan produk-produk dari luar karena pihak inti memiliki
strategi dalam mengendalikan persaingan dengan produk dari luar.
Sudah saatnya kita mencoba.
*) Kasi Keswan dan Kesmavet
Dispertanak Nunukan
Praktisi Peternakan
ada solousi untuk peternakan miningktkan bobot ayam kandunganya, probiotik,vitamin asam amino,lengkap dari pt.sidomuncul kita di lampung sudah buktikan, dari awal produk ini kluar,juli 2012
BalasHapus