Selasa, 02 April 2013

DILEMA PETERNAK AYAM POTONG DI NUNUKAN



 




DILEMA PETERNAK AYAM POTONG DI NUNUKAN
Oleh :  Drh. Muh. Rais Kahar *)


Perkembangan peternakan broiler (ayam potong) di Kabupaten Nunukan saat ini mengalami kondisi stagnan dan cenderung mengalami kemunduran yang diakibatkan melonjaknya harga sarana produksi peternakan (sapronak) dan tata niaga daging ayam di pasar yang tidak jelas mengakibatkan peternak ayam potong banyak yang memilih mengosongkan kandang ketimbang harus merugi.

Potensi peternakan ayam potong di Kabupaten Nunukan sebenarnya sungguh besar, berdasarkan pantauan dan pengamatan penulis, kapasitas tampung kandang yang dimiliki peternak di Kota Nunukan mencapai 87.800 ekor. Kenyataannya saat ini, kandang yang terisi hanya 20-25% dari kapasitas kandang yang ada. Di sisi lain, permintaan daging ayam di Kota Nunukan  semakin meningkat. Berdasarkan pemantauan kami, jumlah daging ayam yang diperrdagangkan di Kota Nunukan dalam sebulan mencapai 94.500 kg. Jumlah ini ekuivalen 47.250 ekor ayam hidup dengan bobot panen 2,5 kg. 

Permintaan daging ayam dengan jumlah ini hanya berlaku pada hari-hari biasa, berbeda dengan permintaan pada hari-hari besar yang biasanya mengalami peningkatan sebesar 20-25%. Yang menjadi ironi di kota Nunukan yaitu tingginya permintaan pasar akan daging ayam tetapi kemampuan lokal peternak tidak mampu memenuhinya. Mengapa demikian? Selain tingginya harga sapronak, penyebab lain mengapa peternak setengah hati mengembangkan usahanya yaitu adanya serbuan daging ayam dari Sulawesi yang menyebabkan disparitas harga sangat ekstrem di pasar. Lagi-lagi hukum ekonomi menjadi alasan dimana permintaan tinggi, maka barang akan datang dengan sendirinya.

Untuk memperbaiki kondisi peternakan ayam potong dan menyelamatkan usaha peternak maka kami menawarkan alternatif solusi. Peternakan ayam potong merupakan usaha komersil yang memerlukan dukungan permodalan yang kuat dan konsisten. Mekanisme tata niaga daging ayam semestinya ditentukan oleh peternak dan pengusaha ayam potong, tidak ditentukan oleh segelintir pedagang yang tidak mau tahu kelangsungan hidup peternak. 

Pola budidaya perunggasan utamanya ayam potong di hampir sebagian besar daerah di Indonesia menganut pola kemitraan. Pola kemitraan sampai hari ini dianggap sangat efektif untuk menunjang usaha peternak dalam pemenuhan sapronak dan pemasaran hasil. Kabupaten Nunukan sudah seharusnya menjalankan pola kemitraan mengingat potensi permintaan pasar dan kapasitas kandang yang dimilkinnya. Pola kemitraan sangat membantu usaha ayam potong dimana pihak inti menyediakan sapronak dan pihak peternak sebagai mitra menyiapkan kandang dan pekerja.

Inti yang baik adalah inti yang mampu menyediakan secara penuh kebutuhan sapronak peternak pada saat “chick in” dengan pola pinjaman. Hal terpenting dalam usaha peternakan adalah pemasaran. Pada waktunya peternak panen, pihak inti mengambil semua ayam peternak dan  peternak tinggal berhitung berapa selisih pengambilan sapronak dengan perhitungan harga jual bobot ayam yang di panen yang hidup. Pihak inti nantinya tinggal mengatur mekanisme penjualan di pasar.

Bila kemitraan ini bisa berjalan maka kita kembalikan posisi masing-masing pihak pada tempatnya yaitu peternak hanya beternak dan mengurusi kandang tidak lagi ada peternak yang merangkap penjual karena bila peternak masih merangkap penjual di pasar maka tetap akan terjadi banting-bantingan harga di pasar. Bila pola kemitraan dapat berjalan baik maka mekanisme harga pasar dapat dikendalikan dan tidak akan ada lagi serbuan produk-produk dari luar karena pihak inti memiliki strategi dalam mengendalikan persaingan dengan produk dari luar.

Sudah saatnya kita mencoba.


*) Kasi Keswan dan Kesmavet Dispertanak Nunukan
     Praktisi Peternakan


1 komentar:

  1. ada solousi untuk peternakan miningktkan bobot ayam kandunganya, probiotik,vitamin asam amino,lengkap dari pt.sidomuncul kita di lampung sudah buktikan, dari awal produk ini kluar,juli 2012

    BalasHapus