Peluang Agribisnis Sapi di Kabupaten Nunukan
Sapi
merupakan komoditas unggulan sektor peternakan yang akhir-akhir ini marak
dibicarakan terutama yang berhubugan dengan importasi daging sapi. Importasi
daging sapi yang marak dengan praktek-praktek kecurangan telah menimbulkan efek
domino di masyarakat seperti terjadinya kelangkaan daging sapi hingga
melonjaknya harga-harga makanan yang menggunakan produk daging sapi. Hal ini
secara langsung berdampak pada pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa importasi masih menjadi upaya yang
efektif untuk memenuhi kebutuhan daging sapi? Untuk menjawab hal tersebut perlu
adanya sinergi antara para pemangku kebijakan dalam memecahkan persoalan
kebutuhan daging sapi.
Kabupaten
Nunukan sendiri secara faktual menunjukkan adanya trend peningkatan konsumsi
daging sapi yang setiap tahun semakin meningkat seiring akibat adanya
pertambahan jumlah penduduk serta adanya
peningkatan pendapatan masyarakat. Kondisi ini perlu diantisipasi sejak dini dalam
memenuhi permintaan daging sapi masyarakat Kabupaaten Nunukan. Saat ini, suplai
daging lokal belum mampu memenuhi permintaan pasar lokal sehingga tidak
dipungkiri masih banyaknya beredar daging beku dari Malaysia. Mengapa daging
beku Malaysia banyak diperjualbelikan? Hal ini tentunya berkaitan dengan hukum
ekonomi dimana pasar menuntut adanya stok sehingga yang terdekat menjadi sumber
daging meskipun secara teknis kondisi daging yang dari Malaysia masih diragukan
keamanan dan kehalalannya.
Dengan
berkaca pada kondisi diatas, tentunya kita tidak ingin daging dari Malaysia
yang tidak jelas terus menerus dikonsumsi masyarakat Nunukan. Kita menginginkan
agar masyarakat mengkonsumsi daging segar yang terjamin dari segi ASUH (aman,
sehat, utuh dan halal). Bagaimana upaya ideal yang perlu dilakukan untuk
mendapatkan daging ASUH? Tentunya berasal dari sapi-sapi yang sehat dan melalui
proses pemotongan sesuai syariat islam.
Yang
menjadi permasalahan di Kabupaten Nunukan adalah bagaimana mendapatkan
sapi-sapi dalam jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan daging sapi warga
Nunukan. Tulisan ini mencoba memberikan alternatif bagi para pemangku kebijakan
agar dapat duduk bersama dapat memberikan solusi terhadap permasalahan diatas.
Ada
alternatif sederhana yang sudah berjalan di beberapa daerah di Indonesia
sehubungan dengan peningkatan populasi sapi. Kabupaten Nunukan menurut data
Bappeda tahun 2010, memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 59.262
ha yang tersebar di beberapa kecataman. Perkebunan kelapa sawit memiliki modal
utama yaitu lahan yang luas dan limbah yang dapat menjadi bahan pakan sapi.
Pembangunan
peternakan tidak terlepas dari kebutuhan lahan terutama untuk sumber hijauan
makanan ternak. Penulis mengamati bahwa lahan yang ada lebih ekonomis dijadikan
kebun kelapa sawit dibandingkan dijadikan lahan hijauan makanan ternak (HMT).
Hal ini sangat realistis, untuk itu perlu ada perubahan pola pikir pemilik perkebunan
kelapa sawit menuju pola integrasi sapi dan kelapa sawit.
Pola
integrasi sapi-sawit memberikan keuntungan timbal balik antara sapi dan sawit.
Sawit mendapatkan pupuk organik dari kotoran sapi dan sapi mendapatkan pakan
dari limbah sawit. Perkebunan kelapa sawit seluas 59.262 ha yang ada di
Kabupaten Nunukan merupakan potensi yang sangat besar dalam pengembangan ternak
sapi. Kita bayangkan jika 1 ha lahan sawit dikembangkan 1 ekor sapi, maka
terdapat 59.262 ekor sapi. Kebutuhan daging sapi di Kota Nunukan bila
dikonversi dalam bentuk sapi, per hari memerlukan sekitar 7-8 ekor sapi. Dengan demikian bila perkebunan sawit bisa
mengintegrasikan lahannnya dengan peternakan sapi maka persediaan sapi untuk
Nunukan dapat menyuplai hingga 20 tahun lamanya.
Pola integrasi ini lebih
realistis dibandingkan menunggu kemampuan produksi peternak yang hanya
membudidayakan sapi dengan pola-pola sederhana karena sapi masih menjadi
“second job” bagi petani kita. Sapi hanya dianggap komoditas yang menjadi jalan
keluar untuk hal-hal tertetu seperti untuk dijual sebagai biaya sekolah anak
atau untuk sapi qurban saja. Sapi tidak diliat sebagai komoditas bisnis yang
menjanjikan penghasilan seperti yang dilakukan petani di Pulau Jawa. Secara
tekni,s sapi khususnya sapi Bali dapat mengalami pertambahan berat badan harian
ideal antara 0,5-0,8 kg/hari bila diternakkan dengan baik sehingga dalam
sebulan bisa mencapai kenaikan berat badan 24-28 kg. Sapi Bali dengan bobot
120-150 kg di Nunukan dihargai sekitar 7-8 jt, bukankah hal ini merupakan
peluang bisnis?saatnya kita makan daging segar yang ASUH.
By : Drh. Muh. Rais Kahar (Kasi Keswan dan Kesmavet Dipsertanak Nunukan)
HP : 081342143866
Tidak ada komentar:
Posting Komentar