RANCANGAN SISTEM PEMBANGUNAN
PERTANIAN SECARA TERPADU DI KRAYAN
Oleh : Dian Kusumanto
(Sekretaris Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan)
Latar Belakang
-
Ciri khas pertanian organic untuk wilayah Krayan dan sekitarnya di
dataran tinggi Borneo sudah ditetapkan dalam konvensi Hearth of Borneo
-
Ada kombinasi yang cukup harmonis antara persawahan dan ternak kerbau
dalam system budidaya padi sawah ekositem basah di Krayan
-
Pola keterpaduan antara ternak kerbau dan budidaya Padi sawah sudah
menjadi warisan leluhur yang terus dipertahankan
Permasalahan
-
Tuntutan perubahan terus terjadi akibat terbukanya akses baik keluar
dan masuk ke Krayan
-
Pola kehidupan modern dan tuntutan pola kehidupan masyarakat mulai
berubah dan semakin beragam, yang menyebabkan kebutuhan hidup meningkat
sementara system dan pola usaha tani yang menjadi andalan masyarakat cenderung
tetap atau bahkan semakin menurun.
-
Lapangan usaha pertanian cenderung mulai ditinggalkan atau kurang
menarik bagi generasi muda, menyebabkan regenerasi pekerja usaha tani dalam
masa yang akan datang menjadi terancam kelangsungannya.
-
Luas Areal Tanam Padi ada kecenderungan menurun karena beberapa sebab,
antara lain pertama karena menurunnya luas tanam, meningkatnya lahan yang tidak
produktif atau ditinggalkan karena regenerasi pekerjaan usaha tani kurang
diminati para pemuda.
-
Dalam system usaha tani di Krayan ternak Kerbau di samping turut
menjaga keseimbangan system budidaya Padi sawah, di sisi lain ternyata menjadi
factor penghambat dalam system usaha lahan kering masyarakat. Kerbau malah cenderung menjadi ‘hama besar’
yang menyebabkan komoditas lainnya tidak berkembang optimal, sehingga praktis
masyarakat petani ‘hanya’ mengandalkan pada usaha tani Padi sawah dan ternak
Kerbau sebagai sumber pendapatan tani mereka.
-
Jumlah populasi Kerbau semakin menurun dari tahun ke tahun yang
disebabkan karena penjualan Kerbau ke Luar Negeri, penyembelihan untuk berbagai
kepentingan konsumsi, yang tidak dimbangi dengan produktifitas. Pada 1999
populasi kerbau masih sekitar 9.000 ekor dan berdasarkan hasil pendataan ternak
2011 yang dilaksanakan BPS, populasi ternak kerbau di Kecamatan Krayan sekitar
2.987 ekor.
-
Menurunnya populasi Kerbau tentu akan mengganggu kelangsungan sistem
pertanian Padi Sawah dan dikhawatirkan
produksi Padi sawah akan semakin menurun
pada masa yang akan datang.
Langkah yang
perlu dilakukan
-
Perlu dilakukan upaya-upaya untuk tetap mempertahankan sumber
pendapatan masyarakat dari usaha budidaya Padi sawah dan ternak Kerbau di
Krayan.
-
Perlu pengembangan system yang lebih produktif sehingga akan
meningkatkan produktifitas Padi sawah dan ternak Kerbau serta berkembangnya
system usaha tani lahan kering di Krayan sebagai upaya penganeka ragaman sumber
dan peningkatan pendapatan usaha tani dengan ekosistem yang tetap terjaga
kelangsungannya.
-
Perlu dicarikan pola usaha tani yang beragam dan menarik bagi generasi
muda sehingga bisa menjadi andalan sumber penghasilan yang tidak kalah dengan
bidang usaha di luar usaha tani yang selama ini menjadi daya tarik mereka. Usaha tani yang akan dikembangkan adalah yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga masih bisa toleran dengan biaya
transportasi hasil produksi maupun biaya pemasaran produk.
-
Perlu mengadopsi perkembangan teknologi yang terbaru namun tetap dalam
prinsip-prinsip pertanian organic sesuai semangat konvensi ‘hearth of Borneo’.
-
Perlu meningkatkan mutu, nilai, ‘branding’ produk-produk pertanian
sehingga mendongkrak nilai tambah dan nilai tukar petani serta hasil usaha
taninya.
Beberapa
alternative upaya praktis pembangunan pertanian secara terpadu :
1. Mencegah berkurangnya
populasi Kerbau sekaligus meningkatkan produktifitas Kerbau dengan beberapa
cara sebagai berikut :
a. Penyediaan dana untuk pembelian
Kerbau yang akan dijual ke luar negeri
b. Mencegah pembenyembelihan
Kerbau produktif untuk kepentingan konsumsi masyarakat dan menggantinya dengan
jenis ternak yang lainnya seperti Sapi, Payau, Babi, Ayam, Itik, dll.
c. Menyediakan dana kredit
untuk pembelian Kerbau dari Luar negeri.
d. Ada insentive bagi peternak
Kerbau agar masyarakat termotivasi untuk turut mengembangkan populasi Kerbau di
Krayan.
2. Mencegah potensi Kerbau
sebagai ‘hama besar’ dan sekaligus meningkatkan daya dukung Kerbau dalam usaha
tani Padi sawah dan usaha tani lahan kering dengan beberapa cara sebagai
berikut :
a. Melakukan pola
‘kandangisasi’ Kerbau di dekat areal persawahan petani. Kandangisasi memang belum lazim pada system
budaya dan budidaya masyarakat di Krayan, oleh karena itu perlu dibangun
model-model tepat guna, tepat cara, tepat skala, tepat pola, tepat metode
kandangisasi serta sumber pakan pendukung, kesesuaian dan kemudahan dalam
aplikasinya bagi petani.
b. Mengelola limbah ternak
Kerbau untuk sumber pupuk organic dengan teknoogi yang murah dan tepat guna bagi
lahan sawah dan lahan kering di Krayan
c. Membuat konvensi dalam
pengelolaan budidaya Kerbau yang lebih produktif dan lebih optimal dalam system
usaha pertanian di Krayan dengan ‘Branding’ yang ‘acceptable’, ‘proudly’ dan
‘marketable’.
3. Mencegah penurunan genetic
sekaligus meningkatkan produktifitas Kerbau Krayan dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :
a. Pengembangan program
kandangisasi
b. Pengembangan kegiatan
Inseminasi Buatan (IB)
c. Melakukan pendidikan dan
pelatihan teknis IB dan teknis peternakan lainnya terhadap calon tenaga IB
maupun tenaga teknis peternakan yang ada di Krayan
4. Mengembangkan Kandangisasi Kerbau
dan penyediaan pakan ternak Kerbau di Krayan :
a. Memanfatkan dan mengelola
jerami sebagai sumber pakan Kerbau dengan system kandang
b. Mengembangkan budidaya
Azolla sebagai sumber bahan pakan alternative bagi ternak Kerbau di areal
persawahan Padi sawah Krayan
c. Mengembangkan ‘Kandang
Ngebrok’ untuk ternak Kerbau Krayan.
d. Membuat suatu model
kandangisasi yang terintegrasi dengan system persawahan, system pengolahan
pupuk organic baik padat maupun pupuk cair, pestisida nabati dari Urine Kerbau
dan lain-lain.
5. Mencegah penurunan
produktifitas Padi sawah sekaligus meningkatkan produktifitas lahan Padi sawah
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a. Pengembangan penangkaran
Padi sawah mandiri pada tingkat kelompok tani
b. Pengembangan pola pertanian
organic pada Padi sawah dengan teknologi tepat guna bagi masyarakat petani di
Krayan
c. Penggunaan pupuk organic
hasil dari pengelolaan limbah ternak untuk budidaya Padi sawah maupun usaha
tani lahan kering.
d. Memperbaiki tata pengairan
sawah dan pola budidaya Padi SRI Organik.
6. Meningkatkan nilai tambah
dan nilai tukar hasil produksi petani
a. Meningkatkan upaya
pengolahan paska panen padi yang lebih bermutu
b. Melakukan ‘branding’ untuk
meningkatkan nilai jual, hal ini karena Beras Adan Krayan memang sudah dikenal
melebih Beras Anti Diabetes bermerk Taj Mahal dari India, dan lain-lain.
c. Perbaikan system pengemasan
beras yang menarik dan berkelas dengan perlindungan merek dan paten atas produk
dari Beras Adan ini.
d. Melakukan manajemen tata
niaga beras Krayan yang lebih berdaya saing dan daya jual yang kuat baik untuk
pasar di luar negeri (Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam dan lain-lain)
maupun untuk pasar dalam negeri Indonesia.
e. Menumbuhkan kelembagaan
pemasaran beras Krayan yang bisa mempersatukan pola pemasaran beras yang
sendiri-sendiri, tidak tertata, lemah dalam bargaining harga dengan pihak
pembeli di luar negeri (Ba’kalalan).
Bentuk yang sudah dicoba adalah melalui Gapoktan-gapoktan dengan
beberapa program yang diarahkan, seperti LDPM dari Badan Ketahanan Pangan dan
PUAP dari Badan Pengembangan SDM Kementrian Pertanian. Untuk selanjutnya Koperasi Beras Krayan bisa
dikembangkan untuk mengawal sehinga nilai harga beras Krayan di luar negeri
menjadi lebih pantas (tinggi) dan memiliki branding yang kuat sehingga daya saingnya
dengan produk sejenis juga semakin kuat.
7. Diversifikasi usaha
pertanian di Krayan
a. Pengembangan komoditi usaha
pertanian lahan kering yang cocok dengan kondisi social, ekonomi, geografis dan
budaya di Krayan
b. Mengembangan komoditi yang
bernilai tinggi sehingga bisa mereduksi beban biaya angkutan dan pemasaran yang
relative sangat mahal. Komoditi yang
disarankan seperti Vanili, Nilam, Cengkeh,
c. Perlu dikembangkan komoditi
yang bisa mensubstitusi pangan masyarakat maupun pakan bagi ternak masyarakat
(yang selama ini menjadi beban padi atau beras). Sumber-sumber bahan pangan yang sekaligus
bisa menjadi sumber pakan bagi sebagian besar ternak adalah Singkong, Tebu,
Ubi-ubian lainnya, maupun sumber-sumber bahan gula lainnya.
d. Perlu mengurangi
ketergantungan dari pasokan dari luar negeri atau dari luar Krayan terhadap
komoditi-komoditi yang sebenarnya bisa dihasilkan di Krayan sendiri.
(Ditulis untuk
bahan pemikiran tambahan pada Workshop Forum Profesor Riset di Kabupaten
Nunukan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar