Padi Adan Tana Tam, Tradisional dan Organik Dataran Tinggi Krayan
Rabu, 10 November 2010
Masyarakat adat di dataran tinggi Borneo khususnya
Kecamatan Krayan Selatan dan Krayan Induk, Kabupaten Nunukan, Kalimantan
Timur telah menghasilkan padi lokal Adan Tana Tam. Padi adan putih,
hitam dan merah atau dalam bahasa lokal pade adan buda, hitem dan sia
merupakan bibit lokal hasil budidaya masyarakat adat secara tradisional.
“Beras tersebut adalah produk unggulan hasil pertanian
tradisional masyarakat dengan ciri khas aroma, cita rasa dan tekstur
halus,” kata Darius Khamis sebagai Ketua Koperasi Tana Tam di sela acara
Indonesia Organic and Green Fair 2010 di Lapangan Taman Koleksi Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat (6/11).
Khamis mengatakan bahwa pola pertanian tradisional di
dataran tinggi Krayan ini merupakan pola pertanian organik yang
dipadukan dengan peternakan kerbau dan memanfaatkan air jernih dari
gunung untuk irigasi persawahan. Proses penanaman sederhana.
Dalam setahun masyarakat hanya memanan padi ini satu
kali. Setelah panen, lahan dibiarkan menjadi tempat kerbau berkubang dan
membuang kotoran di sana. Pada bulan Juli sampai Agustus merupakan masa
tanam, lalu pemanenan dilakukan pada bulan Januari sampai Februari.
Hutan yang masih alami dan belum rusak menjamin bahwa
lahan dan air yang mengalir ke persawahan adalah air yang murni, jernih
dan bebas bahan kimia. Sebagian hutan di Kecamatan Krayan dan Krayan
Selatan termasuk dalam Taman Nasional Krayan Mentarang, taman nasional
pertama di Indonesia yang dikelola secara kolaboratif bersama masyarakat
adat.
Menurut Khamis, beras adan sudah dikenal oleh konsumen
baik di tingkat lokal, nasional mupun luar negeri. Permintaan konsumen
akan beras organik bermutu tinggi dari Krayan semakin hari semakain
meningkat. Hal itu mendorong kelompok petani di Krayan Selatan membentuk
Koperasi Serba Usaha Tana Tam Krayan Hulu (KSU-TTKH).
Pembentukan koperasi ini untuk menjaga kualitas beras
dan keorganikan menyangkut proses persiapan lahan, seleksi bibit,
penanaman, pasca panen, penggilingan sampai proses pengemasan untuk
dipasarkan. Upaya ekstra tersebut dilakukan untuk menambah nilai pasar
beras adan agar harganya adil dan mendapat kepercayaan konsumen.
Sebelum ada inisiatif ini, beras adan varietas merah dan hitam kian kurang ditanam oleh petani karena hasil panennya lebih rendah dibandingkan varietas padi baru hasil rekayasa laboratorium. Padahal jenis lokal lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dan serangan hama. Namun dengan meningkatnya minat pasar maka petani di Krayan sudah mulai menanam kembali varietas lokal yang organis ini dalam jumlah lebih banyak.
Untuk meningkatkan kualitas juga, mulai 2008 budidaya padi ini juga menggunakan pupuk kompos buatan petani sendiri. "Upaya penggunaan kompos buatan ini tidak akan mengurangi nilai tradisional dari padi adan," kata Khamis.
Beras adan putih, merah dan hitam ini adalah makanan
yang sehat. Zat yang terkandung di dalamnya, khususnya varietas beras
adan merah (vitamin B2) dan beras adan hitam (mineral ferum, phosphorus
dan calcium) menunjukkan bahwa pilihan beras ini adalah pilihan beras
sehat untuk keluarga. Beras adan hitam juga memiliki kandungan protein
yang sangat tinggi sedangkan kandungan lemaknya lebih sedikit.
Beras Adan Tana Tam (tana tam berarti tanah kita) dijual
dalam kemasan 1 kg dan sudah mendapat sertifikat merk dari Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum dan HAM.
Harga 1 kg beras adan sekitar 25 ribu rupiah saat pameran. Saat ini
lahan padi Adan Tana Tam seluas 0,5 hektar dan menghasilkan hasil panen
0,5 ton (500 kg).
(sumber: www.beritabumi.or.id)
Sumber : http://www.organicindonesia.org/05infodata-news.php?id=204
Tidak ada komentar:
Posting Komentar