Jumat, 18 November 2011

AREN, SINGKONG DAN SAPI, Sinergi Pangan, Pakan dan Energi Ramah Lingkungan

AREN, SINGKONG DAN SAPI, Sinergi Pangan, Pakan dan Energi Ramah Lingkungan

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto


Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi adalah dua strategi dasar dalam upaya membangun kemandirian bangsa, martabat dan sekaligus ketahanan bangsa dari situasi global yang semakin tidak menentu. Strategi dasar kemandirian bangsa memang bertumpu pada kemandirian di bidang pangan dan energi. Karena dari situ lah seluruh aspek kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan yang paling mendasar itu dimulai.

Krisis yang terjadi di bebagai negara akan semakin sulit dipulihkan seandainya negara yang dilanda krisis tersebut sangat tergantung dengan sumber pangan dan energi dari luar. Bagi bangsa Indonesia ketahanan pangan dan energi adalah wajib hukumnya untuk segera diwujudkan, agar Indonesia terhindar dari pengaruh krisis global yang sewaktu-waktu akan terjadi, seperti sekarang ini.

Oleh karena itu perlu dirancang skema-skema yang brilian dalam mengelola sumber daya alam Nusantara ini dalam rangka segera mencapai kemandirian pangan dan energi. Pakan dalam hal ini adalah pangan untuk hewan-hewan ternak kita. Kalau pakan tidak diperhatikan juga akan berpengaruh pada berkurangnya stok bahan pangan.

Ketergantungan terhadap sumber bahan pangan dari luar seharusnya sedikit demi sedikit dikurangi hingga suatu saat menjadi paling minimal. Karena ketergantungan dengan luar akan mengakibatkan pada berkurangnya kedaulatan, martabat serta rasa kebanggaan dan percaya diri suatu bangsa. Sangat sedih apabila bangsa yang besar seperti Indonesia ini diremehkan oleh bangsa lain. Ibu Pertiwi akan menangis, para Pendiri Bangsa ini akan bersedih, dan Anak Bangsa tidak memiliki kepercayaan lagi, bahkan untuk sekedar mempertahankan kemerdekaan asasi suatu bangsa.

Walah..... kok jadi sentimentil begitu. Lho.. itu bukan sentimentil, tetapi rasa keprihatinan yang amat sangat menyesakkan dada, karena di dalam dada ini masih subur rasa nasionalisme dan keinginan melihat bangsa Indonesia ini bangkit menjadi Negara yang disegani. Ada keinginan yang sangat besar bahwa Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia, menjadi lumbung energi dunia sampai akhir jaman nanti. Karena rasanya Tuhan memang menakdirkan Indonesia terletak di daerah Tropis, dimana matahari bersinar sepanjang tahun, sumber daya alam yang melimpah, manusia-manusia yang unggul budayanya, baik perangainya dan taat kepada Tuhannya.

Apa hubungannya antara Aren, SINGKONG dan Sapi?

Begini, Aren kita yakini mempunyai potensi yang luar biasa dan paling unggul sebagai komoditi penghasil sumber pangan (yaitu gula dan lain-lain) sekaligus sebagai sumber energi, industri masa depan (yaitu bioethanol dan aneka turunannya). Produktifitasnya yang sangat luar biasa itulah sehingga Aren dijadikan leading program dari salah satu skema menuju mandiri pangan dan energi kita.


Namun karena Aren memerlukan waktu pertumbuhan yang cukup lama (yaitu setelah umur 6 tahun), maka pengembangannya perlu disiasati dengan cara dikombinasikan dan diintegrasikan dengan tanaman unggul jangka pendek, yaitu SINGKONG (Manihot esculenta).


SINGKONG juga dapat menghasilkan biji yang mempunyai kualitas nutrisi sebanding dengan jagung dan beras, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi sedangkan kandungan lemaknya lebih rendah. Pemanfaatan biji SINGKONG menjadi berbagai produk pangan olahan merupakan salah satu upaya untuk mendukung diversifikasi pangan. Pemanfaatan SINGKONG dalam bentuk tepung lebih menguntungkan karena praktis serta mudah diolah menjadi berbagai produk makanan ringan (basah dan kering), kue, roti dan mie. Nilai nutrisi SINGKONG cukup memadai dengan kandungan protein 8-11 %, namun protein pembentuk glutennya tidak dapat menyamai terigu. Namun demikian tepung SINGKONG dapat mensubstitusikan terhadap tepung terigu antara 50 – 75 % untuk kue kering & kue basah, kue basah 30-50 %, Roti 20-25 % dan Mie 15-20 %.

Kalau Sapi mempunyai peran dalam memanfaatkan biomasa dari daun dan batang SINGKONG sebagai bahan pakan yang sangat bermutu. Sekaligus dari peternakan Sapi akan diperoleh sumber bahan pupuk yang sangat bermutu yaitu dari tinjanya maupun dari air urin Sapi. Dengan menggunakan teknologi pembuatan yang memadai maka tinja Sapi dan air urin Sapi akan menjadi Pupuk Organik yang sangat hebat dan sekaligus menjadi Obat Pestisida Nabati yang sangat hebat. (Mudah-mudahan ada kesempatan Penulis nanti untuk memaparkan Teknologi Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati ini).

Dengan demikian maka kebutuhan pupuk dan obat-obatan untuk kebun Aren dan kebun SINGKONG sudah bisa dicukupi dari pemanfaatan limbah ternak Sapi. Input sarana produksi dapat diminimalkan bahkan dapat dinihilkan. Inilah yang dimaksud dengan kemandirian Sistem Usaha Tani itu. Jadi sebisa-bisanya membuat sistem usaha tani itu minimal atau sama sekali tidak menggunakan input dari luar sistem. Tapi sebaliknya dari sistem usaha tani akan dihasilkan produk-produk pangan, pakan dan energi yang dibutuhkan oleh pasar dunia.

Tumpang Sari atau intercropping dari dua atau tiga jenis tanaman yaitu Aren dan SINGKONG pada lahan yang sama, akan membuat produktifitas lahan meningkat, dan akan terjadi saling komplementasi, saling substitusi pada sisi-sisi kelemahan yang terjadi pada masing-masing komoditi. Kombinasinya dengan Sapi akan membuat sinergi integrasi komoditi ini lebih efisien, lebih berdaya saing dan lebih mandiri.

Kenapa demikian? Karena yang akan dihasilkan dari sistem ini nanti adalah Produk-produk yang ramah lingkungan, karena hampir tidak ada bahan-bahan kimia yang berbahaya, semua produk yang dihasilkan serba organik. Tepung SINGKONGnya organik, gula Arennya juga organik, bioethanolnya juga organik, daging Sapinya organik, dan lain-lain produk yang dihasilkan dirancang menjadi produk yang akan diterima dimana saja serta mempunyai nilai lebih. Bukankah era yang akan datang ini adalah eranya produk-produk organik yang bermutu ? Karena dari makanan yang alami dengan mutu yang terjagalah kesehatan dan kualitas hidup manusia ini terjaga.

SINGKONG Manis ini dapat ditanam disela-sela kebun Aren yang baru dikembangkan, bahkan hingga pada saat Aren menjelang produksi nanti. Porsi luas penanaman SINGKONG pada lahan kebun Aren ditentukan oleh pemilihan jarak tanam Aren. Untuk keperluan tumpang sari dengan tanaman SINGKONG ini dapat dipilih beberapa alternatif jarak tanam untuk Aren. Salah satunya menggunakan pilihan jarak tanam 5 x 10 m2, dengan beberapa berbagai pertimbangan antara lain :

  • Penghematan tenaga kerja penyadapan Nira
  • Memberi ruang yang cukup bagi tanaman sela bahkan hingga tanaman Aren sudah mulai berproduksi (yaitu sekitar 30-40% dari lahan).
  • Memberi kemudahan bagi proses pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil panen dan sebagainya dengan kendaraan truk.

Porsi luas penanaman SINGKONG pada lahan kebun Aren dengan penggunaan pilihan jarak tanam 5 x 10 m2 atau dengan populasi 200 pohon per hektar dapat diproyeksikan sebagai berikut :

Tahun ke Perkiraan Luas Vegetasi Tanaman per hektar lahan

Aren SINGKONG

0 sampai 1 200 x 4m2 = 800m2 ( 8%) 9.200 m2 (92%)

1 sampai 2 200 x 6m2 = 1.200m2 (12%) 8.800 m2 (88%)

2 sampai 3 200 x 10m2 = 2.000m2 (20%) 8.000 m2 (80%)

3 sampai 4 200 x 16m2 = 3.200m2 (32%) 6.800 m2 (68%)

4 sampai 5 200 x 20m2 = 4.000m2 (40%) 6.000 m2 (60%)

5 sampai 6 200 x 25m2 = 5.000m2 (50%) 5.000 m2 (50%)

6 dst. 200 x 30m2 = 6.000m2 (60%) 4.000 m2 (40%)


Untuk memenuhi suply bahan baku Pabrik BioEthanol (PBE) tentu tanaman SINGKONG akan ditanam secara berjenjang, sehingga panennya dapat dilakukan berjenjang. Dengan kapasitas mesin PBE dengan nira batang SINGKONG 1000 liter/hari maka akan diperlukan batang SINGKONG sekitar 2,5 ton/hari yang dipanen dari lahan SINGKONG seluas misalnya 400 – 500 m2 atau 0,04 – 0,05 hektar per hari. (Menggunakan asumsi produksi batang SINGKONG 60 ton/ha/musim, dengan kandungan nira dari batang SINGKONG 40% berat). Artinya setiap hari akan dipanen SINGKONG seluas antara 0,04 – 0,05 hektar SINGKONG yang diperas batangnya untuk dijadikan Nira SINGKONG dan kemudian diolah menjadi Bioethanol.

Untuk bisa memanen Nira SINGKONG 1000 liter/hari dengan umur SINGKONG 110 hari berarti perlu lahan 110 hari x (0.04 -0.05) hektar/hari = (4,4 – 5,5) hektar. Sedangkan jika ingin memiliki Pabrik BioEthanol dengan kapasitas 1000 liter BE/hari, maka diperlukan Nira SINGKONG sekitar 12.500 liter Nira SINGKONG (Asumsi rendemen BE dari Nira SINGKONG adalah 8 %). Maka laha SINGKONG yang diperlukan adalah 12,5 x (4,4 - 5,5) hektar = (55 – 68) hektar.

Kalau pemanenan SINGKONG dilakukan setiap hari, berarti penanamannya juga dilakukan berjenjang. Yang dipanen bukan hanya batang SINGKONG, tapi juga biji dan daunnya. Dari Pabrik BioEthanol akan ada produk samping berupa bagase atau ampas batang SINGKONG. Ampas batang SINGKONG ini diperkirakan sejumlah sekitar 60% dari berat batangnya setelah diambil niranya. Ampas batang SINGKONG atau bagase ini sebenarnya masih bisa diolah menjadi Bioethanol, karena ia termasuk bahan-bahan Lignoselulosa, namun teknologi untuk pengolahan yang mudah dan praktis masih terus dikembangkan. Oleh karena itu dalam proyeksi kita ini ampas batang SINGKONG ini akan dijadikan sebagai pakan Sapi.

Sapi biasanya diberi pakan berupa rumput atau hijauan makanan ternak (HMT) lainnya dan suplemen pakan untuk menambah asupan protein, mineral serta minuman probiotik bagi pencernaan Sapi. Dari panen tanaman SINGKONG diperoleh daun, dari pemerasan batang SINGKONG diperoleh Bagase atau Ampas Batang SINGKONG, semuanya bisa dijadikan pakan bagi Sapi. Daun dan bagase dari SINGKONG ini merupakan bahan pakan yang lebih baik dari pada HMT lainnya, karena kandungan proteinnya yang lebih tinggi. Sehingga kalau diberikan ke Sapi maka memberikan pertumbuhan daging dan produktifitas daging yang lebih banyak.

Berapa keperluan pakan harian untuk Sapi? Sapi memerlukan HMT sekitar 10 % dari bobot badannya. Kalau dihitung rata-rata berat Sapi 250 kg per ekor berarti dibutuhkan pakan HMT sekitar 25 kg per ekor per hari. Dalam setiap hektar SINGKONG yang dipanen akan menghasilkan daun sekitar 40 ton/hektar/musim. Kalau mengikuti asumsi di atas, kita akan memanen 0,04 – 0,05 hektar SINGKONG, berarti akan memanen daun SINGKONG sebanyak 40 ton/hektar x 0,04 hektar/hari = 1,6 ton/hari atau 1.600 kg/hari. Berarti ada 64 ekor Sapi yang bisa dipelihara (1600 kg/hari : 25 kg/hari/ekor = 64 ekor), dengan 4,4 sampai 5,5 hektar. Berarti dalam setiap hitungan per hektar SINGKONG dapat dipelihara Sapi sejumlah maksimal 11 - 14 ekor, kita asumsikan saja sebanyak 10 ekor Sapi.

Kalau mengikuti kapasitas mesin PBE 1000 liter/hari, maka lahan SINGKONG yang ditanam sekitar 55 – 68 hektar, katakanlah 60 hektar, berarti dengan asumsi 10 ekor Sapi per hektar maka ternak Sapi yang bisa dipelihara ada 600 ekor. Jadi angka asumsi sementara dengan kapasitas PBE 1000 liter/hari, dengan sekitar 60 hektar SINGKONG dan ternak Sapi sekitar 600 ekor.

Sapi dalam hal ini memanfaatkan produk sampingan dari pada tanaman SINGKONG berupa daun dan bagase batang SINGKONG. Namun Sapi juga sekaligus akan menghasilkan bahan pangan berupa daging, menghasilkan juga bahan baku pupukdan bahan baku pestisida organik yang hebat, aneka enzime dan ZPT alami yang hebat bagi tanaman Aren dan SINGKONG sekaligus. Sinergi keterpaduan usaha antara Aren, SINGKONG dan ternak Sapi ini sangat meminimalkan input sarana produksi dari luar, dengan demikian akan berperan mengefisienkan biaya-biaya produksi untuk kebun Aren dan pertanaman SINGKONG. Dengan demikian produk-produk yang dihasilkan, yaitu Gula Aren, Bioethanol, dan produk turunan lainnya akan dapat berdayasaing karena sistem usahanya sangat efisien.

BAgaimana menurut Anda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar