Rabu, 14 Januari 2015

Aneka Sarana Pertanian

Polibag,Tray semai,Pot ,Spyr,Paranet,plastik UV,Insectnet,Mulsa,Oasis,planterbag

Permisi Gan Numpang buka lapak..... online saja ya gan
Jual Perlengkapan berkebun lokasi ane di bandung apabila ada yang berminat bisa kontak08122331741 atau 087823672459 pin bb 2A1C50E8, barang bisa dikirim untuk pembeli diluar kota .wilayah bandung apabila memungkinkan bisa diantar tambah ongkos antar aja
beberapa contoh jualan ane:

1. Polybag harga 30rb/kg, minimum pembelian 16rb/0,5kg ukuran 10x10,12x12 s/d 50x50 atau 10x15 s/d 40x45


PERKIRAAN JUMLAH LEMBAR /Kg:
1. Polybag hitam ukuran tebal 0.05mm x lebar 10/5cm x tinggi 10cm @ /kg isi 1080 lembar
2. Polybag hitam ukuran tebal 0.05mm x lebar 12/6cm x tinggi 12cm @ /kg isi 730 lembar
3. Polybag hitam ukuran tebal0.05mm x lebar 15/7,5cm x tinggi 15cm @ /kg isi 450 lembar
4. Polybag hitam ukuran tebal 0.06mm x lebar 20/10cm x tinggi 20cm @ /kg isi 228 lembar
5. Polybag hitam ukuran tebal 0.06mm x lebar 25/12,5cm x tinggi 25cm @ /kg isi 135 lembar
6. Polybag hitam ukuran tebal 0.08mm x lebar 30/15cm x tinggi 30cm @ /kg isi 68 lembar
7. Polybag hitam ukuran tebal 0.08mm x lebar 35/17,5cm x tinggi 35cm @ /kg isi 52 lembar
8. Polybag hitam ukuran tebal 0.10mm x lebar 40/20cm x tinggi 40cm @ /kg isi 38 lembar
9. Polybag hitam ukuran tebal 0.10mm x lebar 45/22,5cm x tinggi 45cm @ /kg isi 30 lembar
10. Polybag hitam ukuran tebal 0.12mm x lebar 50/25cm x tinggi 50m @ /kg isi 22 lembar
11. Polybag hitam ukuran tebal 0.12mm x lebar 60/30cm x tinggi 60cm @ /kg isi 12 lembar


2. Tray bibit/semai untuk 32holes (4x8) tinggi 10 cm harga 23rb/bh & 50holes (5x10), 72holes (6x12), 105holes (7x15) dan 200bibit (10x20) , ....ukuran keseluruhan 28cmx54cm, berat +-200gr. harga 21rb/bh order min. 2bh/jenis


3. Presure Sprayer kapasitas 1liter harga 35rb, 2liter harga 43rb


4. Plastik UV untuk greenhouse lebar 3meter, warna bening milky harga 30rb/mtr, lebar 2,5mtr & 4mtr juga ada
Ketebalan 180-200 mikron.
Bahan plastik HDPE C8, anti UV ACT 27 Schulmen German 6% atau anti UV Tinuvin Ciba Swiss 14% atau lokal


5.Paranet/Shadingnet 65%,warna hitam lebar 3mtr harga 20rb/meter (100mtr/rol hrg 1,65jt/rol berat +- 40kg)
, lebar 5mtr 75% harga 38rb/mtr & 85% harga 40rb/mtr (50mtr/rol harga 1,8jt, berat +- 40kg/rol)





6. Polynet/insectnet
lebar 3mtr hitam harga 35rb/mtr, lebar 1mtr putih/hijau harga 16rb/mtr dan lebar 1,5 mtr harga 20rb/mt
r




7. tray untuk kaktus/anggrek isi 12lubang untuk pos 10cm (ukuran 30cm x 40cm x 7cm, berat 300gr/bh) dan 
15 lubang untuk pot 8cm (ukuran 30cmx47cmx6cm berat 250gr/bh, harga 27rb/bh[rbSIZE]





POT ANGGREK GANTUNG/CATLYEA 
termasuk kawat gantungan
16cm hrg Rp.11rb/bh
17cm hrg Rp.13rb/bh
20cm hrg Rp.16rb/bh
25cm hrg Rp.20rb/bh
30cm hrg Rp.24rb/bh


8. POT ANGGREK VANDA ukuran 12cm harga 6rb/bh


TUBE MAWAR


Floral Foam harga 8500/blok(brick) (OASIS BASAH)
Brick size 23cm Length x 11cm Width x 8cm Height
1 dus isi 20 brick, ukuran dus (55cm x 33cm x 24 cm), ongkir 1dus dihitung 8kg,(pxlxt/6000)
TERSEDIA JUGA PERANGSANG AKAR MERK ROOTUP DAN B1 START LIQUINOX



PLASTIK MULSA HITAM PERAK lebar 120cm harga 45rb/kg = 30mtran, , 380rb/rol berat 8kg panjang 250mtran


ANEKA TOOLS BERKEBUN, TREE PRUNING, PISAU OKULASI, PH METER DLL






POT HITAM polos merk simba

10CM -10.000/lusin
15CM 13.000/lusin
17CM 18.000/lusin
20CM -26.000/lusin
25CM -34.000/lusin
30CM -57..000/lusin
35CM -80..000/lusin
40CM -138.00/lusin
50CM -195.000/lusin

Aneka pot plastik untuk Bonsai mulai ukuran diameter 20cm s/d 40cm


Aneka Binih/bibit sayur2-an dan buah harga 20rb/sachet
produk dari eastwest (panahmerah), Dehn,winon dll
benih Timun. Cabe, Tomat, Kacang panjang, Sawi, Terong, Jagung, Pare, Daun bawang, Kembang kol, brokoli , Seledri, kangkung, Bayam




KAWAT BONSAI (ALUMUNIUM)
(gambar nyomot dari google) 1rol(1kg) kawat bonsai, eceran harga 20rb/gulung (1/8 kg)


Diameter 1,5mm ---209mtr/rol harga 97.000
Diameter 2mm -----117mtr/rol harga 97.000
Diameter 2,5mm--- 75mtr/rol harga 95.000
Diameter 3mm -----52mtr/rol harga 95.000
Diameter 4mm -----29mttr//rol harga 95.000
Diameter 4,5mm -- 23.2mtr/rol harga 95.000
Diameter 5mm-----18,7mtr/rol harga 95.000
diameter 6mm------13,4mtr/rol harga 95.000

Rumput Sintetik lebar 1meter harga 300rb/meter



Aneka Flower based/ bucket, tatakan untuk merangkai bunga


Aneka kaktus dan sukulen dlm pot 10cm harga mulai 4rb/pot



PLANTERBAG DAN WALL PLANTERBAG 6- 16 KANTONG SDH TERSEDIA
UKURAN : 35 LITER. 45LITER, 50 LITER, 75 LITER DAN 100 LITER

pb 25liter, diameter 34cm, tinggi 28cm, berat 100gr/lembar
pb 35liter, diameter 37cm, tinggi 33cm, berat 120gr/lembar
pb 45liter, diameter 38cm, tinggi 40cm, berat 140gr/lembar
pb 50liter, diameter 40cm, tinggi 40cm, berat 150gr/lembar
pb 75liter, diameter 46cm, tinggi 46cm, berat 220gr/lembar
pb 100liter, diameter 51cm, tinggi 50cm, berat 420gr/lembar
pb 150liter, diameter 60cm, tinggi 64cm, berat 450gr/lembar
pb 200liter, diameter 65cm, tinggi 60cm, berat 560gr/lembar



HARGA CALL SAJA

Media tanam Hidrogel jg ada
Sumber : http://m.kaskus.co.id/thread/000000000000000014243849/jual-polybagtray-semai-bibitpotsparyer-paranet-shadingnetplastik-uv/



Senin, 12 Januari 2015

Merebut pasar Jeruk Keprok dalam negeri dan mensubstitusi impor

Trend Jeruk Impor dan Posisi Indonesia sebagai Produsen Jeruk Dunia


Oleh:  Zainuri Hanif dan Lizia Zamzami (staf peneliti Balitjestro)

Abstrak
Banjir buah impor yang kini dengan mudah diperoleh di pedagang kaki lima mengindikasikan makin tidak berdayanya buah domestik menghadapi gempuran buah dari luar negeri yang menjadikan Indonesia sebagai pasar utama. Volume jeruk impor pada Januari-April 2011 sudah mencapai 50 persen dari total impor sepanjang 2010. Jeruk Mandarin pada kuartal pertama 2011 mencapai 77.502 ton, padahal untuk keseluruhan tahun 2010 mencapai 96.489 ton (Badan Karantina Pertanian). Sampai saat ini Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume impor khususnya untuk jenis keprok atau mandarin, selama kurun waktu 2005 - 2010 mencapai 550.809 ton atau sekitar 91.802 ton per tahun dengan nilai mencapai US $ 650.128.774 (Sumber BPS, 2011 diolah). 

Menghadapi hal ini, perlu upaya untuk membendung gempuran jeruk impor: Pertama dengan penerapan ketentuan keamanan pangan internasional melalui Codex yang mengatur batas ambang maksimun terkait residu kimia makanan termasuk buah-buahan, Kedua dengan perbaikan dan ketersediaan jeruk dalam negeri sehingga mudah dijumpai masyarakat, dan Ketiga dengan menggiatkan “Program Keproknisasi Nasional”  Direktorat Jendral Hortikultura, (Dirjen Hortikultura) Kementrian Pertanian yang berkesinambungan dengan perlu dijabarkan lebih rinci dan lebih konkrit sehingga mudah untuk segera ditindaklanjuti. Jika produksi jeruk nasional tidak mampu memasok pasar dalam volume yang cukup, berkesinambungan dan berdaya saing kuat maka asa membendung banjir jeruk impor akan menjadi sekedar impian belaka. 

Beberapa varietas jeruk keprok komersial hasil seleksi Balitjestro maupun dari Pemerintah Daerah yang sudah dilepas oleh Kementrian Pertanian dengan kualitas buah yang tidak kalah dengan jeruk impor antara lain Keprok Batu 55 berasal; dari Batu, Jawa Timur, keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Pulung dari Jawa Timur, keprok Tawangmangu dari Jawa Tengah, dan keprok SoE dari NTT.
Kata kunci: jeruk, keprok, impor, codex

PENDAHULUAN
Pertumbuham impor jeruk sebesar 11% tiap tahun dalam sepuluh tahun ini membuat Indonesia menjadi pangsa pasar yang menjanjikan bagi negara lain dalam memasarkan produknya. Liberalisasi perdagangan jeruk telah mengancam keberadaan jeruk Indonesia sejak diluncurkannya Paket Juni/PAKJUN 1994 yang salah satu unsurnya adalah penurunan tarif impor buah-buahan termasuk jeruk. Apalagi disusul diberlakukannya ASEAN FTA/AFTA dan ASEAN-China FTA (Hutabarat, B dan Adi Setyanto, 2007). Dengan hilangnya hambatan tarif, berbagai Negara produsen jeruk dunia seperti China, Australia, Amerika, Pakistan semakin leluasa memasarkan produknya dengan harga yang lebih murah dalam jumlah lebih besar yang pada gilirannya akan mengancam petani domestik di Indonesia.

Saat ini Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN   setelah Malaysia, dengan volume impor sebesar 160.254 ton; sedangkan ekspornya hanya sebesar 415 ton pada 2010 (BPS) dengan tujuan ke Malaysia, Brunei Darusalam, dan Timur Tengah. Ekspor jeruk nasional masih sangat kecil dibanding dengan negara produsen jeruk lainnya seperti Brazil, China, Amerika, Spanyol, Afsel, Yunani, Maroko, Belanda, Turki dan Mesir. Oleh karena itu, pemacuan produksi jeruk nasional akan memiliki urgensi penting karena disamping untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah dan juga meningkatkan devisa  ekspor  nasional.  Impor  buah  jeruk  segar  yang  terus meningkat, mengindikasikan adanya segmen pasar (konsumen) tertentu yang menghendaki  jenis  dan  mutu  buah  jeruk  prima  yang  belum  bisa  dipenuhi produsen dalam negeri.

Status Kondisi Saat Ini
Buah Jeruk menjadi salah satu buah yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Diantaranya yang paling populer adalah jeruk keprok (mandarin) yang dikonsumsi sebagai buah segar. Jeruk Keprok rasanya manis, segar, harga relatif murah, dan mudah didapat dimana saja, kapan saja di seluruh pelosok negeri. Apalagi dalam beberapa tahun sekarang ini buah jeruk impor membanjiri pasar Indonesia. Ketersediannya hampir sepanjang tahun. Berikut ditampilkan perbandingan masa panen jeruk Indonesia (siam, keprok dan pamelo) dan masa panen jeruk di luar negeri.

Tabel 1. Perbandingan masa panen sentra produksi jeruk Indonesia dengan negara produsen  jeruk dunia lainnya.
Sumber BPS 2010 dan Federal Bureau of Statistics, Government of Pakistan, Karachi (2005)

Walaupun buah jeruk di Indonesia dapat dijumpai sepanjang tahun, tetapi periode panen buah jeruk di Indonesia umumnya dimulai dari bulan Februari hingga September dengan puncaknya terjadi pada bulan Mei, Juni, dan Juli seperti terlihat pada Tabel 1 yang dapat bergeser  karena  perlakuan  pengaturan  pembungaan dan akhir-akhir ini berubah pula diakibatkan oleh cuaca yang tidak menentu. Karena tujuan pemasaran utama jeruk hanya ke kota-kota besar di Jawa terutama Jakarta dan Surabaya, maka pada bulan puncak panen, harga buah jeruk di tingkat petani sering menjadi sangat murah, bahkan bisa mencapai di bawah Rp 1000/kg. Di sisi lain, gudang penyimpanan dingin yang ada belum mampu menampung  kelebihan produk dari petani (untuk buah impor tidak ada masalah), sedangkan pabrik olahan skala rumah tangga maupun industri belum banyak dibangun saat ini.

Pola panen tersebut memperlihatkan bahwa ketersediaan jeruk lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik sepanjang tahun, sehingga membuka peluang masuknya jeruk-jeruk impor. Dari sisi waktu panen, periode awal dan akhir tahun di berbagai propinsi sentra jeruk tidak mengalami panen, namun justru di luar negeri terjadi panen raya dan stok buah melimpah. Disamping masalah musim, masalah lain yang terjadi pada komoditas jeruk adalah masalah pendistribusian hasil panen, khususnya pada saat panen raya.

Pada tahun 2004-2005, ekspor jeruk Pakistan ke Indonesia mengalami penurunan drastis akibat penerapan kenaikan tarif dari 5% sampai 25%. Indonesia merupakan pasar ekspor buah terbesar bagi Pakistan dimana 97% adalah jeruk kinnow dengan jumlah 30.000 ton. Pakistan sangat gigih mempersoalkan perbedaan tarif ini untuk memperluas akses pasar ekspornya bagi komoditas yang sangat penting bagi petani mereka. Sampai tahun 1974-1975, jeruk merupakan buah terbesar ke-2 di Pakistan setelah mangga dari segi luas dan produksi, tetapi meningkat tajam menjadi pososi pertama setelah introduksi varietas kinnow yang dahulu dilakukan oleh Akademi Pertanian dan Lembaga Penelitian Lyallpur yang sekarang berubah menjadi Universitas Pertanian di Faisalabad. (Hutabarat, B dan Adi Setyanto, 2007)
Produksi Jeruk dunia menempatkan China sebagai produsen jeruk utama hampir di semua jenis jeruk. China sebagai produsen Citrus Fruit, Nes (no 1), Oranges (no 4), Tangerine, Mandari dan Clem (no1), Grapefruit (no 1), Lemons dan Limes (no 3). Indonesia masuk dalam urutan ke-10 produksi Oranges. Namun, ternyata nilai produksi 2.102.560 ton adalah untuk semua jenis jeruk, mulai dari jeruk manis, siam, keprok dan pamelo.

Tabel 2. Sepuluh besar negara sebagai produsen jeruk dunia 2009 (MT)

Impor Jeruk Indonesia
Banjir buah impor yang kini dengan mudah diperoleh di pedagang kaki lima mengindikasikan makin tidak berdayanya buah domestik menghadapi gempuran buah dari luar negeri yang menjadikan Indonesia sebagai pasar utama.
Meluasnya pasar buah impor di Indonesia, karena kualitas produk buah lokal Indonesia belum bisa menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan buah impor dari luar. Berlakunya sistem perdagangan bebas membuat pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk menanggulangi terjadinya peningkatan impor buah. Hal tersebut tidak perlu terjadi jika kita bisa membuktikan bahwa produk buah Indonesia pada dasarnya sanggup bersaing dengan buah impor baik dalam kualitas maupun harga.

Tabel 3. Tabel Jumlah Jeruk Impor 2000 - 2011 (Triwulan 1)
Gambar 1. Tabel Perkembangan Jeruk Impor Indonesia (2000-2011 Triwulan 1)

Berdasarkan data tersebut, rata-rata pertumbuhan impor jeruk setiap tahun sejak tahun 2000-2011 sebesar 11 % atau 5.099.686 kg. Peningkatan impor yang sangat signifikan tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi industri jeruk nasional. Jika impor jeruk pada tahun 2010 sebesar 160.254.789 kg atau 160.255 ton, sedangkan kapasitas produksi jeruk nasional pada 2009 adalah sebesar 2.131.768 ton, nilai impor itu masih kecil yaitu sebesar 7,5% dari produksi nasional. Namun, kenyataanya begitu banyak dan mudahnya buah jeruk impor yang dapat ditemukan di supermarket sampai pedagang kaki lima, bahkan pada pedagang di pasar tradisional yang lebih banyak menjajakan buah impor dibandingkan buah lokal. Data dari Pusdatin Kementan perlu dikritisi bersama. Apakah benar nilai sebesar 7,5% itu membuat kekhawatiran yang cukup tinggi terhadap jeruk impor.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, usaha-usaha di bidang pertanian akan menghadapi lingkungan yang berbeda karena adanya perubahan-perubahan secara internasional maupun domestik.  Perubahan lingkungan internasional antara lain yang terjadi adalah liberalisasi ekonomi dan perdagangan dengan disepakatinya perjanjian GATT (General Agreement on Tariff and Trade), WTO (World Trade Organization), dan AFTA (Asean Free Trade Area). Dalam perjanjian tersebut kebijakan ekonomi yang terdistorsi seperti pengenaan pajak ekspor, tarif impor, subsidi ekspor, pengaturan tataniaga, intervensi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar dan penetapan suku bunga baik dalam kegiatan produksi maupun perdagangan komoditas pertanian termasuk jeruk, secara bertahap dan pasti akan dikurangi dan akhirnya hilang (Aprilaila, 2009).

Buah impor masuk ke Indonesia melalui 7 pintu masuk, yang terdiri dari 4 pelabuhan dan 3 bandara (Pelabuhan Laut Belawan Medan, Pelabuhan Laut Batam, Bandara Soekarno Hatta Cengkareng, Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta, Pelabuhan Laut Tanjung Perak Surabaya, Bandara Hasanuddin Makassar dan Bandara Ngurah Rai Denpasar). Pemasukan terbesar melalui pintu pelabuhan yaitu Pelabuhan laut Batam, Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta , dan Pelabuhan Laut Tanjung Perak Surabaya. Dengan banyaknya peredaran jeruk impor di Indonesia yang tidak terkontrol dan terantisipasi dengan baik akan membuat kondisi perjerukan Indonesia kembali terpuruk akibat persaingan harga, kualitas dan kuantitas.

Fenomena kenaikan impor yang signifikan dalam 5 tahun terakhir ini akan terus berlanjut. Apalagi pada tahun 2012 impor jeruk kino Pakistan bebas bea masuk. Adanya perdagangan bebas terbatas atau Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dengan Pakistan, membuat persaingan perdagangan jeruk di pasar dalam negeri semakin ketat. Salah satu klausul perjanjian ini adalah menghapus bea masuk impor (0%) jeruk kino Pakistan yang selama ini dikenakan bea masuk 15-20% di Indonesia. Di saat yang bersamaan produk sawit Indonesia yang selama ini dikenakan tarif tinggi di Pakistan akan dipangkas menjadi hanya 5% (Hutabarat, B dan Adi Setyanto, 2007).

Selain itu, adanya perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China menyebabkan komoditas jeruk yang mayoritas diimpor dari China telah bebas masuk ke pasar Indonesia. Buah-buahan dari China memang memiliki keunggulan, seperti harga yang lebih rendah dan ketersediaan pasokan yang melimpah. Sebagai contoh, perbandingan harga jeruk mandarin dari China dijual ke konsumen dengan harga Rp 15.000 per kilogram (kg), sedangkan jeruk Medan atau Pontianak dijual lebih mahal yaitu Rp 20.000/kg.  

Ketersediaan pasokan buah impor dari China juga menjadi penyebab lainnya. China sudah memiliki kawasan produksi buah-buahan dan sayuran yang memadai baik dari segi luas lahan maupun teknologi penanamannya. Efeknya, mereka bisa memproduksi buah-buahan dan sayuran terus-menerus sepanjang tahun tanpa harus terhambat masalah cuaca. Kondisi sebaliknya menimpa buah-buahan Indonesia. Produksi buah-buahan di beberapa daerah sering terhambat akibat cuaca buruk. Indonesia juga tidak memiliki kawasan khusus yang dijadikan lumbung produksi buah. Sentra produksi jeruk yang ada sekarang belum berbentuk suatu hamparan namun masih berupa kantong-kantong produksi yang sempit dan terpencar di kawasan sentra produksi (Badan Litbang Pertanian, 2007).

Dari sisi produksi, luas panen dan produktifitas sejak tahun 2005-2009, berdasarkan data dari Pusdatin Kementerian Pertanian (2011) menunjukkan perkembangan perjerukan Indonesia tidak mengalami perubahan yang sangat drastis.
Tabel 4. Produksi, Luas Panen dan Produktifitas Jeruk Indonesia (2005-2009)

Keamanan Buah Impor
Untuk membendung laju buah impor dari luar negeri, Kementrian Pertanian (Kementan) telah memiliki Permentan No 27/2009 tentang pengawasan keamanan pangan terhadap pemasukan dan pengeluaran pangan segar asal tumbuhan. Pengawasan tersebut meliputi batas maksimum residu pestisida, cemaran mikotoksin, dan logam berat. Tujuan pengawasan adalah untuk menjamin agar pangan yang diimpor tetap segar, bersih dari pencemaran bahan kimia yang melebihi batas maksimum yang aman dan layak dikonsumsi.

Setyabudi, dkk (2008) yang melakukan penelitian buah impor di Bogor dan sekitarnya mengungkapkan bahwa buah-buahan impor teridentifikasi mengandung formalin dan pestisida yang dilarang dalam penggunaannya. Penggunaan formalin dan pestisida pada buah-buahan impor dapat terjadi di negara produsennya maupun setelah sampai di Indonesia. Oleh karena itu perlu standar mutu yang lebih luas terhadap buah impor guna melindungi konsumen terhadap dampak negatif dari penggunaan bahan kimia terlarang. 

Langkah yang seharusnya dilakukan oleh pihak terkait dalam menyikapi terhadap buah impor dalam perdagangan global adalah: 
(1) Perlu langkah antisipatif dengan melakukan survei yang lebih luas dan mendalam mengenai pemakaian bahan berbahaya pada buah dan sayuran impor. 
(2) Memberikan rekomendasi pelarangan terhadap buah-buahan impor yang terbukti mengandung formalin maupun pestisida yang mengandung bahan berbahaya. 
(3) Diberlakukan standar mutu yang mempersyaratkan bebas dari bahan berbahaya terhadap buah-buahan impor sehingga dapat melindungi konsumen di dalam negeri. Dan 
(4) Diperlukan pembinaan pada pedagang buah dan sayuran impor terhadap penggunaan bahan-bahan yang berbahaya.

Australia telah melaksanakan Program Pemeriksaan Makanan Impor untuk semua makanan impor yang masuk ke negaranya. Demi melindungi konsumennya, Badan Inspeksi dan Karantina Australia (Australian Quarantine Inspection Service / AQIS) memberlakukan persyaratan yang ketat bagi setiap produk makanan dan minuman impor yang masuk ke Australia. Persyaratan ini dituangkan ke dalam suatu program yang disebut ‘Imported Food Inspection Program (IFIP)’. Tujuan utama program ini adalah untuk memastikan bahwa semua makanan impor yang masuk ke Australia memenuhi standard kesehatan dan pelabelan Australia, yang dapat ditemukan di 'Australian Food Standard Code (FSC)’ (KBRI Canberra, 2006).

Upaya Membendung Jeruk Impor
Pertama, dengan penerapan ketentuan keamanan pangan internasional melalui Codex yang mengatur batas ambang maksimun terkait residu kimia makanan termasuk buah-buahan. SNI 3165:2009 yang mengatur standar jeruk keprok menetapkan ketentuan tentang mutu, ukuran, toleransi, penampilan, pengemasan, pelabelan, rekomendasi dan higienis pada buah jeruk keprok (Citrus sinensis (L) Osbeck). Negara maju, seperti Amerika dan Jepang mengamankan produk dalam negerinya dengan menerapkan standar kesehatan yang tinggi, khususnya atas produk impor. Larangan impor atas dasar kesehatan tidak melanggar perjanjian perdagangan bebas.
Kedua, dengan perbaikan dan ketersediaan jeruk dalam negeri yang berkesinambungan sehingga mudah dijumpai oleh masyarakat. Permasalahan yang ada selama ini yaitu ongkos produksi tinggi, keberlanjutan usaha tidak pasti, biaya transaksi dan pemasaran tinggi (Hutabarat, B dan Adi Setyanto, 2007). Penelitian pada beberapa komoditas sayuran dan buah di berbagai lokasi yang dilakukan Agustian et al. (2005) menunjukkan bahwa untuk komoditas jeruk di Sumatera Utara, pada jalur pemasaran jenis apapun yang dilakukan oleh petani, petanilah yang harus menanggung berbagai beban pungutan untuk jasa, biaya angkut, biaya timbang, dan biaya pemindahan barang. Biaya pengiriman dari tanah Karo ke Pulau Jawa sewaktu-waktu dapat meningkat karena mengalami pungutan/retribusi resmi (ada 28 buah) maupun tidak resmi (17 buah).
Ketiga, dengan menggiatkan “Program Keproknisasi Nasional” yang merupakan program dari Direktorat Jendral Hortikultura (Dirjen Hortikultura) Kementerian Pertanian yang berkesinambungan, dengan perlu dijabarkan lebih rinci dan lebih konkrit sehingga mudah untuk segera ditindaklanjuti. Jika produksi jeruk nasional tidak mampu memasok pasar dalam volume yang cukup, berkesinambungan dan berdaya saing tinggi maka asa membendung banjir jeruk impor akan menjadi sekedar impian belaka.
Beberapa varietas jeruk keprok komersial hasil seleksi Balitjestro maupun dari Pemerintah Daerah yang sudah dilepas oleh Kementrian Pertanian dengan kualitas buah yang tidak kalah dengan jeruk impor antara lain Keprok Batu 55 berasal dari Batu, Jawa Timur, keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Pulung dari Jawa Timur, keprok Tawangmangu dari Jawa Tengah, dan keprok SoE dari NTT.

Kebutuhan Buah Jeruk Nasional
Standar konsumsi buah yang ditetapkan Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO), yakni sebesar 65,75 kilogram per kapita per tahun, sementara konsumsi buah masyarakat Indonesia masih rendah yaitu 32,67 kg per kapita per tahun (Kompas, 2010). Jika 10% saja dari jumlah standar FAO tersebut adalah buah jeruk, yaitu sebanyak 6 kg per kapita per tahun, maka dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa (BPS, 2010) akan dibutuhkan 1.422.000 ton/tahun. Jika produktivitas jeruk nasional sekitar 20 ton/ha maka dibutuhkan kebun jeruk seluas 71.110 hektar. Luas panen Jeruk (siam, mandarin, dan pamelo) menurut Kementerian Pertanian (2009) sebanyak 60.190 hektar dengan produksi 2.131.768 ton. Disisi lain masih terdapat tanah terlantar secara nasional sebanyak 7,3 juta hektar (BPN, 2010). Kebutuhan 1.422.000 ton/tahun sanggup dipenuhi 2.131.768 ton. Jadi seharusnya Indonesia masih bisa melakukan ekspor sebesar 709.768 ton. Namun pada tahun 2010 lalu, untuk jeruk mandarin saja, Indonesia masih mengimpor 160.254 ton (BPS, 2010). Artinya masih ada masalah dengan produktifitas jeruk Indonesia atau validitas data yang perlu dikritisi. Dengan asumsi seperti ini, Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk bersaing dengan jeruk impor.

Kesimpulan
Upaya untuk membendung gempuran jeruk impor adalah Pertama dengan penerapan ketentuan keamanan pangan internasional melalui Codex yang mengatur batas ambang maksimun terkait residu kimia makanan termasuk buah-buahan, Kedua dengan meningkatkan mutu dan ketersediaan jeruk dalam negeri sehingga mudah dijumpai di masyarakat, dan Ketiga dengan menggiatkan “Program Keproknisasi Nasional”.

Daftar Pustaka
  • Agustian et al. (2005). Analisis Berbagai Bentuk Kelembagaan Pemasaran dan Dampaknya terhadap Kinerja Usaha Komoditas Sayuran dan Buah. Laporan Penelitian. PSEKP, Badan Litbang, Departemen Pertanian, Bogor.
  • Aprilaila S, et al. 2009. Analisis Daya Saing Komoditas Jeruk Siam Jember. Prosiding Seminar Nasional Buah Nusantara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, 28 – 29 Oktober 2009. Hal 183-197.
  • Badan Litbang Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Departemen Pertanian.
  • Basis Data Pertanian. 2001. http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/index.asp . Diakses 23 Juli 2011
  • BPS. 2011. Data Ekspor-Impor. http://www.bps.go.id/. Diakses 30 Juli 2011
  • Federal Bureau of Statistics, Government of Pakistan, Karachi. Citrus Marketing Strategy. Pakistan Horticulture Developement & Export Board. May 2005.
  • Hutabarat, B dan Adi Setyanto. 2007. Komoditas Jeruk Indonesia di Persimpangan Jalan Pasar Domestik dan Internasional. Prosiding Seminar Nasional Jeruk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Yogyakarta, 13-14 Juni 2007.  Hal 1-30.
  • KBRI Canberra, 2006. Ketentuan Impor Australia.pdf www.kbri-canberra.org.au/econ/2006/Peraturan%2520Impor%2520Australia%2520Rev.1.pdf+buah+impor.pdf. Diakses 28 Juli 2011.
  • Kompas, 2010. Konsumsi Buah Masyarakat Sangat Rendah. http://kesehatan.kompas.com/read/2010/06/27/13245684/Konsumsi.Buah.Masyarakat.Sangat.Rendah. Diakses 23 Juli 2011
  • Setyabudi, dkk. 2008. Perlunya Standar Mutu Buah Impor: Studi Kasus Kontaminan pada Buah-buahan Impor. Prosiding PPI Standardisasi 2008. Puslitbang BNS. 25 November 2008

Keterangan: Tulisan ini sudah dimuat dalam Prosiding Workshop Rencana Aksi Rehabilitasi Agribisnis Jeruk Keprok SoE yang Berkelanjutan untuk Substitusi Impor , Halaman 107-114. Diterbitkan Oleh Badan Litbang Pertanian, Dirjend Hortikultura dan ACIAR. ISBN 978-979-8257-46-9

http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/id/510.html#sthash.BT7zKFpY.dpuf



Selasa, 06 Januari 2015

TEKNIK PEMBIBITAN PISANG DARI BONGGOL


TEKNIK PEMBUATAN BIBIT PISANG SECARA KONVENSIONAL (MEMATIKAN TITIK TUMBUH)
1. Membongkar pohon pisang dari induknya
2. Membersihkan akar-akarnya
3. Pelepah dikupas satu per satu
4. Pengupasan dilakukan sampai batas bonggol/titik tumbuh
5. Pemotongan tunas sampai pada titik tumbuh
6. Mematikan titik tumbuh
7. Ditanam di media tanam, tanah : pupuk kandang, 1:1
8. Tunas-tunas yang tumbuh
9. Tunas-tunas tinggi minim 20 cm siap dipindahkan ke polibag.
10. Kondisi bibit dilapangan
Sumber: Agus Sutanto
Ivan@2013


Sumber :  http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/article/16-penelitianpengkajian2/544-teknik-pembuatan-bibit-pisang-secara-konvensional-mematikan-titik-tumbuh

Sabtu, 03 Januari 2015

Hasil 400 juta dari Budidaya Jambu Air Jenis Kusuma Merah dan Deli Hijaun







Keuntungan 400 Juta dari Budidaya Jambu

Tribun Medan/ Ayu Prasandi

Siapa yang menyangka, dengan membudidayakan jambu air seseorang akan mendapatkan untung hingga 400 juta perbulan.

Penangkar dan pembudidaya jambu Kusuma Merah dan Deli Hijau, Sunardi saat ditemui di rumahnya di berada di Desa Sei Remban, Kelurahan Paya Roba, Lingkungan VII, Jalan Kecipir, Kecamatan Binjai Barat, Binjai, Minggu (2/6/2013) mengatakan dengan membudidayakan jambu yang sudah dikembangkannya sejak 2006 yang lalu itu ia dapat menerima keuntungan hingga 400 juta pertahun.

Keuntunga n tersebut bisa ia peroleh dari hasil penjualan jambunya yang dijual dengan Rp 30ribu hingga Rp 45ribu per kilogram.

Meskipun harganya tergolong mahal, namun ia tidak pernah kehilangan pembeli. Setiap hari, ia mampu menjual 10 hingga 15 kilogram setiap hari. Jumlah penjualan tersebut akan bertambah berkali lipat di hari minggu. Pembelinya, mulai dari masyarakat sekitar sampai masyarakat dari luar Binjai. Dari yang berjalan kaki, hingga yang mengendarai mobil mewah.

Banyaknya pembeli yang berminat dan sangat penasaran dengan kelebihan jambu Merah Kesuma dan Deli Hijau tidak terpengaruh dengan tingkat kematangan jambu. Padahal, menurutnya, jambu yang dipetik kemudian dibeli tingkat kematangannya masih 20 sampai 30 persen.

 Meski demikian, menurutnya, setiap pembeli tetap mengatakan bahwa jambu Merah Kesuma dan Deli Hijau merupakan buah yang memiliki rasa yang  sangat manis.

"Itu baru 20 sampai 30 persen, kalau mau menunggu beberapa minggu lagi, rasanya akan jauh lebih manis lagi, bahkan tingkat kemanisannya bisa terasa di jari yang basah terkena airnya saat makan," ujarnya.

Sunardi mengungkapkan, kedua jambu air tersebut merupakan varietas unggul dan telah di teliti oleh penelitian di laboratorium Universitas Sumatera Utara. "Banyak yang menyebut, setelah makan buah ini lalu bilang, buah ini direndam air gula ya, padahal tidak sama sekali, tanaman ini saya tanam sebagaimana tanaman lain di dalam pot," katanya.

Menurutnya membudidayakan jambu air Merah Kesuma dan Deli Hijau sangat menguntungkan. Tidak perlu lahan yang luas hingga berhektar-hektar untuk mendapat untung besar dari membudidayakannya. Untuk membudaidayakan jambu air dan kemudian untung, bisa dengan memanfaatkan lahan seluas satu hektar. Dari luasan tersebut, keuntungan bisa mencapai  400 juta.(cr3/tribun-medan.com)

Sumber  : http://medan.tribunnews.com/2013/06/02/keuntungan-400-juta-dari-budidaya-jambu

Jumat, 02 Januari 2015

Berbagai Alternatif Bahan Pakan Unggas Itik

Alternatif Bahan Pakan Unggas Itik

Jika itik diberikan pakan komersial sepanjang hidupnya, biaya pakan akan sangat tinggi. Untuk mensiasatinya, itik dapat diberikan pakan alternatif yang dapat diperoleh peternak di lokasi budidaya. peternak umunya memakai pakan itik komersial pada periode awal pertumbuhan anak itik, sekitar umur 2-3 minggu. Selanjutnya mereka menggunakan pakan alternatif seperti kepala udang, bekatul, serta jagung giling. Bila perlu tambahkan vitamin dan mineral. Banyaknya pakan disesuaikan dengan kebutuhan. 
Beberapa pakan alternatif yang dapat diberikan antara lain: 



BAHAN PAKAN NABATI:

1.       Dedak Halus

Dedak halus dibedakan antara dedak halus pabrik dan dedak halus kampung. Dedak halus kampung mengandung lebih banyak serat kasar dibandingkan dedak halus pabrik, serta kandungan proteinnya hanya 10,1 %, sedangkan dedak halus pabrik mengandung protein 13,6%. Sedangkan kandungan lemaknya tinggi, sekitar 13%, demikian juga serat kasarnya kurang lebih 12%. Oleh karena itu penggunaan dedak halus dalam pakan ayam buras sebaiknya tidak melebihi 45%.
Bila beras yang sudah putih digiling kembali, maka akan didapatkan limbah berupa bekatul dengan kandungan proteinnya 10,8%, ini dapat juga digunakan sebagai bahan pakan ayam buras.

2.       Jagung

Jagung sebagai pakan ayam buras sudah sejak lama digunakan. Jagung mengandung protein agak rendah (sekitar 9,4%), tetapi kandungan energy metabolismenya tinggi. (3430 kkal/kg). Oleh karena itu jagung merupakan sumber energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah (sekitar 2%), sehingga memungkinkan
jagung dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung kuning mengandung pigmen karoten yang disebut "xanthophyl". Pigmen ini memberi warna kuning telur yang bagus dan daging yang menarik, tidak pucat.

3.       Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa dapat digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon kelapa dan banyak mendirikan pabrik minyak goreng, sehingga bungkil kelapa banyak tersedia kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis sekitar 1540 - 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa ini miskin akan Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan Cysine dan Histidin dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik.

4.        Singkong/Ketela Pohon

Parutan singkong mentah dapat dijadikan bahan pakan pokok ayam buras yang dipelihara secara intensif. Singkong dapat diberikan dalam bentuk mentah (segar) ataupun setelah melalui pengolahan misalnya gaplek atau aci. Penggunaan tepung gaplek dalam ransum tidak lebih dari 40%. Dalam bentuk mentah, singkong sebaiknya digunakan dalam tempo 24 jam setelah masa panennya. Lebih dari tempo itu maka nilai gizinya akan menurun (rusak). Selain umbinya, daun singkong juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam buras, baik dalam bentuk tepung ataupun dalam bentuk segar (sebagai hijauan). Tepung daun singkong ini dapat menggantikan kacang hijau dan kedelai sampai jumlah 8%.

5.       Bungkil kedelai. 

 Kacang kedelai mentah tidak dianjurkan untuk dipergunakan sebagai pakan ayam karena kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang tidak tahan terhadap panas, karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih dahulu. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%. Tetapi kandungan methionisne rendah.
Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%, sedang kekurangan methionisme dapat dipenuhi demi tepung ikan atau methionisme buatan pabrik.

6.       Daun lamtoro. 

 Pemberian daun lamtoro mesti hati-hati karena daun lamtoro mengandung alkoloid yang beracun dengan nama mimosin. Pemberian tepung daun lamtoro dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan ayam berhenti bertelur. Karena itu, kendatipun kandungan protein daun lamtoro cukup tinggi (22,30%), dalam penggunaannya dianjurkan tidak melebihi dari 5% dalam pakan ayam.

7.       Daun turi. 

 Tepung daun turi sudah biasa dipergunakan dalam pakan ayam. Daun turi yang berbunga merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi yang berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%.




BAHAN PAKAN HEWANI:

1.       Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber protein yang tinggi. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi tepung ikan ini berbeda, sesuai dengan jenis ikannya. Disamping jenis ikan, proses pengeringan ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam proses pengeringan, yaitu pengeringan matahari, pengeringan vacum, pengeringan dengan uap panas dan pengeringan dengan pijar api sesaat. Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%.
Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini maka tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga ransum, pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%.

2.       Tepung Udang
 Tepung udang berasal dari limbah industri udang, sehingga kualitas gizinya tergantung dari bagian yang ikut tergiling. Apabila bagian kepala dan kaki ikut tergiling tentu kualitasnya lebih baik daripada hanya kulit udangnya saja. Kandungan protein tepung udang berkisar antara 43 - 47%. Tepung udang merupakan bahan pakan alternatif sebagai sumber protein, karena tidak semua tempat tepung udang ini dapat diperoleh.

3.       Tepung Tulang
  Tepung tulang digunakan sebagai sumber mineral. Tepung tulang umumnya mengandung Calcium antara 24 - 25% dan Phospor antara 12-15%. Karena sifatnya sebagai pelengkap, pemakaian tepung tulang hanya sedikit.

4.       Bekicot

Bekicot merupakan bahan pakan yang murah sekali karena kita dapat dengan mudah memperolehnya disekitar lingkungan hidup dan mudah pula membudidayakannya. Hampir 95% dari tubuh bekicot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam, yang terbuang hanyalah kotoran dan lendirnya.

Cara memanfaatkannya adalah sebagai berikut :

-    60 gr bekicot dipuasakan selama 2 hari agar kotorannya habis
 -  Rendamlah dalam air garam dengan perbandingan 1 liter air dengan 50 gr garam  dapur, kemudian diaduk selama 15 - 20 menit.
-  Daging bekicot dicuci kemudian masukkan ke dalam air mendidih selama 10 menit (sampai masak).

Daging bekicot dapat diberikan sebagai pakan ayam, baik dalam bentuk basah (segar), kering ataupun, dalam bentuk tepung, dengan kandungan protein untuk masing-masingnya adalah sebagai berikut :

a.  Dalam bentuk basah (segar)   54,29%
b.  Dalam bentuk kering     64,13 %
c.  Dalam bentuk tepung     24,80%

Meskipun kandungan protein tepung bekicot tinggi, tetapi pemakaiannya tidak boleh melebihi 10%. Cangkang bekicot dapat digunakan sebagai pakan tambahan menggantikan tepung kapur dan grit.

Sumber  :  http://peternakbebekunggul.blogspot.com/2013/01/alternatif-bahan-pakan-unggas-itik.html