BUTUH
KEJELASAN LAHAN: Menteri BUMN, Dahlan Iskan saat mengoperasikan Combine
Harvester atau mesin panen padi modern belum lama ini. Program food
estate di Kaltim, masih ada harapan. (jpnn)
Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan terus
“dirayu” oleh Pemprov Kaltim untuk meneruskan proyek intensifikasi lahan
perkebunan di sana. Yang paling getol tentu saja sang Gubernur, Awang
Faroek Ishak. Hari ini, Gubernur Awang Faroek menjadwalkan pertemuan
dengan 10 bupati di Kaltim untuk membahas kesiapan lahan food estate
tersebut.
"Saya sebenarnya percaya dengan Gubernur, tetapi kenyataannya
bupati-bupatinya yang tidak bisa menyediakan lahan," ujar Menteri BUMN
Dahlan Iskan, ketika ditemui sejumlah media seusai rapat pimpinan di
kantor Perusahaan Gas Negara, Jakarta, Selasa (4/9).
Ia meminta agar Gubernur memberikan komitmen serius jika memang ingin
BUMN tetap membuka lahan di Kalimantan Timur. Menurut Dahlan, Gubernur
Kalimantan Timur menyatakan bersedia menyediakan lahan seluas 100 ribu
hektare.
Namun kenyataannya, ketika tim kementerian datang langsung ke lokasi,
lahan yang tersedia hanya 10 ribu hektare. "Malah awalnya kami
dijanjikan 300 ribu hektare," ujarnya.
Dahlan juga keberatan dengan izin yang dinilai bermasalah. Sebab
terdapat beberapa izin yang sudah diurus oleh Kementerian Negara Badan
Usaha Milik Negara, tetapi pada kenyataannya malah diberikan kepada
pihak lain.
Akibat berbagai permasalahan tersebut, Kementerian pun membatalkan
proyek intensifikasi tersebut. Bahkan pekan lalu, Dahlan mengungkapkan
kekesalannya karena merasa ditipu oleh Pemerintah Daerah (Pemda)
Kalimantan Timur. "Tanah yang dijanjikan itu omong kosong," katanya pada
waktu itu.
Mengenai kemungkinan Kementerian untuk mencari lahan di lokasi lain, mantan bos
Jawa Pos itu belum mau berkomentar. "Nanti malah kayak gitu lagi (bermasalah)," ujarnya singkat.
Proyek intensifikasi dilakukan untuk mendukung gerakan produksi pangan
dengan sistem korporasi (GPPK) yang digagas kementerian mulai
direalisasikan pada 2012.
“Program ini membuka lahan di luar Pulau Jawa, yaitu Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi,” ungkapnya.
BUPATI KUMPUL
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak tak tinggal diam dengan sikap Menteri BUMN Dahlan Iskan yang menyoal ketersediaan lahan
food estate di Kaltim. Rabu (5/9) siang ini, sekitar pukul 14.00 Wita, dijadwalkan rapat penyediaan lahan
food estate di Kantor Gubernur.
Beberapa waktu lalu, Gubernur menegaskan segera membicarakan
permasalahan ketersediaan lahan megaproyek tersebut di Kaltim. “Segera
diundang seluruh bupati. Dari sepuluh kabupaten, beberapa sudah berjalan
seperti Bulungan dan Berau. Sementara di Kutai Timur dan Kutai
Kartanegara yang masih banyak bermasalah,” jelasnya.
Permasalahan ketersediaan seratus ribu hektare lahan untuk tiga BUMN
ditengarai karena banyaknya izin tambang dan perkebunan yang sudah
terbit. Banyak pula lahan yang diusulkan untuk
food estate masuk kawasan budidaya kehutanan. Tanpa revisi rencana tata ruang dan wilayah, usulan lahan tersebut terganjal.
MENPAN TUNJUK KALTIM
Angin baik sepertinya masih berpihak pada Kaltim. Meski sempat menerima
kekesalan dari Menteri BUMN Dahlan Iskan soal ketidaksiapan lahan,
nampaknya pemerintah tak punya pilihan lebih baik untuk lokasi program
food estate. Salah satu “saingan” berat Kaltim, yakni Merauke, Papua,
masalah tumpang tindihnya lebih parah.
Akhirnya pemerintah kembali mengalihkan fokus pembangunan food estate di Kalimantan Timur.
"Food estate di Merauke itu terkendala lahan, lahan yang memang masih
dalam tanda kutip masih bermasalah," ungkap Suswono saat ditemui
sejumlah media di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (4/9).
Menurut Suswono, lahan di Kalimantan Timur lebih potensial, karena
Gubernur Kalimantan Timur sudah berjanji menyediakan lahan 200 ribu
hektare.
"Bukan berarti food estate yang di Merauke itu kita tinggalkan, tapi
kita akan memprioritaskan di Kalimantan, karena kelihatannya potensi
lahannya akan lebih mudah. Kemarin laporan Gubernur ada potensi 200 ribu
hektare," tambahnya.
Namun, Suswono mengatakan ini perlu diklarifikasi kembali. Karena
sebelumnya Menteri BUMN Dahlan Iskan kesal pemerintah provinsi Kaltim
tidak merealisasikan penyediaan lahan 200 ribu hektare untuk food estate
yang dikelola BUMN ini.
"Tapi itu apakah benar, nanti kita akan cek. Makanya kemarin kata Pak
Gubernur akan ada klarifikasi ke Pak Dahlan bahwa lahan itu ada, Ya kita
lihat saja," katanya.
Beberapa hektare lahan di Kalimantan Timur ini sudah terpakai oleh
lahan pertanian seperti kedelai dan padi. Dan dalam waktu dekat, BUMN
Pertanian, Sang Hyang Sri (SHS) pun berencana untuk membuka lahan padi
seluas 3.000 hektare.
"Ada swasta sudah mulai, kedelai, BUMN SHS menurut laporan yang saya terima akan 3000 hektare mulai dengan padi," katanya.
Meskipun begitu, Suswono juga mengaku tak mudah untuk merealisasikan
ratusan ribu lahan untuk pertanian di Kaltim. Apalagi banyak lahan yang
tumpang tindih kegunaannya.
"Yang jelas problem lahan hampir merata apalagi Kalimantan tumpang
tindih sering ditemukan. Dari hasil studi lokasi A lebih tepat diberikan
lokasi B," tambah Suswono.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Industri Primer Kementerian BUMN
Muhammad Zamkhani akan berupaya agar lahan pertanian baru di Kaltim bisa
direalisasikan.
Namun, pihak Kementerian BUMN tetap mencari alternatif lokasi di luar
Kaltim untuk membuka lahan sawah baru. Namun ia tidak mau menjelaskan di
mana lokasi yang akan disurvei itu.
"Makanya BUMN lagi lihat daftar yang disurvei supaya tidak terulang kembali, kalau di mananya itu masih rahasia," tutupnya.
(dtc/tmp/fel/zal/che
Sumber : http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=146428