..Ibadah qurban itu berarti perlu disiapkan dengan beternak yg baik !

Senin, 14 Januari 2013

Trochart Alat Untuk Mengatasi Kembung Pada Sapi

Trochart Alat Untuk Mengatasi Kembung Pada Sapi

Rp 345,000.00

Trochart adalah Alat yang berguna untuk mengobati kembung pada sapi dan kambing. Trocart Pada Sapi berukuran 12 x 7, sedangkan trokart untuk kambing berukuran 9 x 4. Trochart ini terbuat dari bahan besi dengan ujung lancip dan tajam yang berguna untuk menusuk perut atau lambung sehingga gas di dalam lambung keluar. Bagi anda peternak sapi atau kambing selayaknya mempunyai alat ini, karena kejadian kembung & masuk angin dapat terjadi secara mendadak dan banyak menimbulkan kematian pada sapi atau kambing jika tidak segera ditolong atau ditangani. 

Harga Trocart ini adalah
Trocart Sapi 12 x 7 dijual dengan harga Rp. 345.000,-
Trocart Kambing 9 x 4 dijual dengan harga Rp. 265.000,-

Sumber : http://tokoonline44.blogspot.com/2012/08/trochart-alat-untuk-mengatasi-kembung.html
 

Untung mana memelihara sapi atau domba ?

  http://dompi.co.id/_dompi/_gambar/harga.jpg

Untung mana memelihara sapi atau domba ?


Ada pertanyaan yang menggelitik.... ; mana untung memelihara sapi, atau domba ?. Saya jawab dengan tegas ........., untung memelihara domba dong ( maaf kepada para peternak sapi....., ini masalah keyakinan, yang kabarnya dilindungi Undang Undang).

Perhitungan saya sederhana ; bila kita punya modal katakan Rp 15 juta dan kita belikan sepasang induk sapi, maka dengan uang sama kita akan mendapat 10 ekor induk betina dan 2 ekor jantan domba. Setahun kemudian, kita akan mendapat 1 ekor anak sapi, atau sedikitnya kita akan memperoleh 20 ekor anak domba (masa hamil domba Cuma 5 bulan, sapi 11 bulan). Setelah dewasa, pendapatan kotor dari sapi Rp 7.5 juta, sedang domba Rp 30 juta.

Itulah gambaran peluang usaha, bisa ya bisa juga tidak benar....., paling tidak, itulah gambaran mimpi seorang peternak. Walaupun untuk mewujudkannya perlu usaha keras dan memerlukan perhitungan dan pertimbangan yang matang terutama dalam hal kebutuhan & biaya pakan, perawatan kesehatan ternak, serta upaya optimal mereproduksi indukan domba.
 
Pakan domba, adalah rumput dan hijauan kadang diberi makanan tambahan berupa konsentrat untuk memacu pertumbuhan dan berat ternak. Usahakan biaya pakan serendah mungkin, misalnya dengan memanfaatkan lahan/tegalan milik perhutani, rumputan dari pematang sawah, atau lahan sendiri. Tenaga tukang arit, bila tidak jauh sumber pakannya dapat menangani 50 ekor domba sehingga biaya pakan adalah biaya tukang arit. Pada kondisi tertentu (musim kemarau/lahan terbatas), sumber pakan dapat memanfaatkan limbah pasar, limbah industri makanan dll.

Perawatan & kesehatan ternak, bila domba dipelihara oleh seorang tukang (bisa merangkap tukang arit) yang terampil dan berpengalaman, tidak perlu terlalu dirisaukan. Biaya untuk perawatan & kesehatan ternak, relatif rendah. Yang perlu dipelajari sebelumnya, apakah daerah peternakan (tanya dinas peternakan) tercatat sebagai daerah endemik penyakit ternak berbahaya?. Bila bukan daerah endemik, perawatan rutin dapat dilaksanakan sendiri dengan resiko kematian rendah.
 
Optimalisasi reproduksi, untuk usaha ternak adalah bagian penting dari sekian banyak keterampilan yang perlu disiapkan oleh calon peternak. Untuk 1- 2 ekor, masalah pengamatan individu indukan misalnya ; saat birahi, hamil dan akan beranak , akan lebih mudah dibanding kita memiliki banyak ternak. Bagaimana ternak agar terus berproduksi, minimum 3 kali dalam 2 tahun, bagaimana menangani kelahiran dan resiko kematian induk & anaknya, itu adalah bagian dari upaya optimalisasi produksi.

Kesimpulan :
Usaha ternak domba & kambing merupakan usaha serius tapi santai. Petani/peternak dapat mengusahakan ternaknya tanpa perlu meres meres, atau nyemprot nyemprot dengan air untuk bersih bersih kandang sehingga berternak domba bisa merupakan usaha sambilan (maaf peternak sapi, maklum kami belum punya sapi jadi belum punya pengalaman ).
 
Modal, tidak perlu besar. Hasilnya dapat dijual seperlunya, indukan dapat terus dimanfaatkan sebagai mesin reproduksi. Lebih lucu, dapat diajak becanda. Sapi selalu serius.
Sumber : http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=190%3Auntung-mana-memelihara-sapi-atau-domba-&catid=73%3Aartikel-umum&Itemid=104

Harga Sapi, Domba dan Kambing







Harga Sapi, Domba dan Kambing

    Keunggulan dan Kemudahan DOMPI
  1. Kualitas dan kesehatan hewan terjamin.
  2. Hewan memenuhi syarat dan syariat.
  3. Siap menyalurkan kepada yang berhak, bila diminta pembeli.
  4. Pembayaran dapat dilakukan setelah pesanan sampai di tempat, atau dapat transfer via Bank.
Harga DOMBA & KAMBING
Harga Domba dan Kambing (update: 24 Desember 2012) seperti di bawah ini.
Kelas Berat Harga
D20 - 25 kgRp 1.200.000,-
C26 - 27 kgRp 1.400.000,-
B28 - 29 kgRp 1.500.000,-
A30 - 35 kgRp 1.800.000,-
Super36 kg ke atasRp 1.950.000,- ke atas
  • Harga di atas belum termasuk ongkos kirim.
  • Tersedia TIMBANGAN TERNAK
  • Harga cepat berubah sewaktu-waktu

Harga SAPI jenis PO, Jawa, Bali, Limousin, dsb
Harga Sapi (update: 24 Desember 2012) seperti di bawah ini.
Kelas Harga
PORp 32.000,- /kg
BaliRp 35.000,- /kg
Simental / LimosinRp 33.000,- /kg
  • Harga di atas belum termasuk ongkos kirim.
  • Tersedia TIMBANGAN TERNAK
  • Harga cepat berubah sewaktu-waktu

Harga SAPI jenis PO, Jawa, Bali, Limousin, dsb
Harga Sapi Bakalan (update: 24 Desember 2012) seperti di bawah ini.
Jenis Keterangan Harga
PO JantanTinggi 120 cmRp 7.500.000,-
PO JantanTinggi 125 cmRp 8.000.000,-
Bali JantanTinggi 105 cmRp 6.500.000,-
Bali JantanTinggi 110 cmRp 7.500.000,-
Bali BetinaTinggi 105 cmRp 5.500.000,-
Bali BetinaTinggi 110 cmRp 6.500.000,-
Simental / Limosin JantanBakalanRp 8.000.000,-
  • Harga di atas belum termasuk ongkos kirim.
  • Tersedia TIMBANGAN TERNAK
  • Harga cepat berubah sewaktu-waktu

10 Juta Rupiah dari Buah Naga di Pekarangan



10 Juta Rupiah dari Buah Naga di Pekarangan

Buah Naga sama sekali tidak berhubungan dengan seekor naga. Buah naga atau Heloserkus Undatus terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah yang berasal dari Meksiko ini terkenal mujarab menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Dan kini buah naga mulai dikembangkan di tanah air, serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan.
 
Buah naga atau biasa disebut Dragon Fruit, di Indonesia masih sangat jarang dijumpai. Selain karena masih sedikit yang menanamnya, juga disebabkan tanaman ini masih tergolong jenis tanaman baru. Kini buah naga mulai digemari, terutama mereka yang mengetahui khasiatnya. Yakni menurunkan kadar gula darah dan mengurangi kolesterol.

Buah naga termasuk dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Aslinya berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Konon disebut buah naga, karena seluruh batangnya yang menjulur panjang seperti layaknya naga. Dalam perkembangannya, tanaman ini kemudian dikembangkan di Israel, Thailand dan Australia.
 
Di Indonesia sendiri baru masuk sekitar tahun 2000 dan dibudidayakan untuk pertama kalinya oleh Joko Rainu Sigit, seorang warga Delangu, Klaten, Jawa Tengah. Awalnya tidak mudah bagi Joko. Ia mendatangkan sekitar 250 benih tanaman ini dari  Thailand. Selama 2 tahun, bibit-bibit tanaman buah naga yang ia tanam tidak jauh dari rumahnya, tidak kunjung membuahkan hasil. Tapi setelah mempelajari karakteristik yang melekat pada tanaman ini, akhirnya upaya Joko untuk membudidayakannya mulai tampak.
Bentuk dan keunikan buah naga
Sepintas, tanaman buah naga ini tampak aneh, seperti kaktus tapi bisa dimakan. Dengan rasa yang manis dan segar. Sangat berbeda dengan kebanyakan keluarga tanaman kaktus lainnya yang berduri lebat dan tidak menghasilkan buah. Keunikan lainnya, tanaman ini tidak memerlukan perawatan khusus sejak di tanam hingga menghasilkan buah. Tanaman buah naga hanya memerlukan media tanah, pasir dan pupuk organik atau pupuk kandang. Dan cocok ditanam di lahan kritis dengan kondisi air yang memilih. Curah hujan yang besar justru tidak menguntungkan bagi tamanan ini, karena bisa mengakibatkan kerusakan dan pembusukan.
 
Jenis buah naga.
Jenis buah naga ada empat macam, pertama buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Dari 4 jenis buah naga, buah naga daging putih paling banyak digemari dan diminati. Selain bentuk dan ukuran yang lebih besar dari 3 jenis buah naga lainnya, buah naga daging putih juga terasa lebih manis.

Tidak hanya warga dari sekitar Klaten, Yogyakarta dan seluruh warga yang berminat merasakan segarnya buah ini. Tapi juga dari berbagai daerah lain seperti Jakarta, Makassar dan Surabaya. Berawal dari budidaya, tanaman buah naga milik Joko Rainu Sigit ini kini menjadi ladang bisnisnya. Tidak hanya buahnya, tapi juga permintaan bibitnya melesat pesat. Joko mengaku investasi tanaman buah naga ini sudah mengalami titik impas, 2 tahun setelah ditanam tahun 2000 silam. Hampir setiap hari, proses pembudidayaan buah naga terus dilakukan.

Dibantu beberapa orang, Joko Raino Sigit setiap saat melakukan penanaman bibit-bibit baru dengan cara stek batang atau sulurnya. Setiap bibit yang diambil dari sulur atau batang yang berbuah dipotong-potong dengan panjang minimal 20 atau 30 centimeter. Dan ditanam kedalam kantong tanaman atau poli bag yang telah terisi tanah, pasir, pupuk kandang dan komposisi satu banding sepertiga.Setelah tumbuh akar pada bibit ini, maka tamanan buah naga siap dipasarkan dan ditanam di lahan yang cukup besar.

Cukup mengiurkan memang bisnis buah naga ini. Dalam tahun pertama, petani buah naga bisa memanen hasilnya. Rata-rata untuk 5 batang tamanan bisa menghasilkan 20 kilogram buah naga dan setiap kilogramnya dijual seharga 40 ribu rupiah.Pada umumnya buah naga dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai pelepas dahaga. Hal ini karena kandungan airnya yang sangat tinggi sekitar 90 an persen dari berat buah yang rata-rata mencapai 1/2 sampai 1 kilogram. Rasanya juga cukup manis dan mengandung khasiat bagi kesehatan manusia. Antara lain untuk penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker, pelindung kesehatan mulut dan gejala keputihan. Negara Vietnam dan Thailand merupakan pemasok buah naga terbesar di dunia. Namun permintaan yang bisa dipenuhi baru separuhnya. Sementara di pasar lokal, kendati masih sedikit, buah naga lokal juga sanggup bersaing dengan buah naga impor.

Kisah lain Petani dari Kalimantan.

Tanam buah naga sendawar di pekarangan hasilnya Rp 10 juta per bulan. Hal ini sudah dilakukan Budi petani buah naga sendawar di Desa Sumber Rejo Kecamatan Sekolaq Darat Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Budi menanam buah naga sendawar di lahan pekarangan rumahnya sebanyak 1.000 pohon dengan jarak tanam 2 m x 1,5 m, tiap bulannya menghasilkan sekitar Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan dengan harga buah naga sendawar di tingkat petani berkisar Rp. 40.000 per kilogram dengan produksi 100 kg - 250 kg per bulan.

Dengan pendapatan yang begitu lumayan. Lahan pekarangan rumah yang tidak produktif dimanfaatkan dengan menanam buah naga sendawar maka pundi-pundi rupiah akan mengalir di halaman rumah. Buah naga sendawar yang ditanam di pekarangan bisa memberikan keindahan dan kesejukan sehingga lingkungan rumah kita menjadi lebih asri dan sehat.

Buah naga sendawar adalah salah satu jenis buah naga yang paling komersil di Kalimantan Timur dengan khasiat sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker usus, pelindung kesehatan mulut, pengurang kolesterol, pencegah pendarahan, obat keluhan keputihan dan dapat memperbesar daya kerja otak anak.

Selain itu dapat juga digunakan untuk mengurangi penyakit asam urat dan tekanan darah tinggi. Khasiat ini diperoleh lantaran buah naga sendawar sangat kaya akan vitamin C, mineral dan serat.
Buah naga sendawar adalah nama dagang yang sudah dikenal oleh masyarakat Kalimantan Timur utamanya masyarakat Kutai Barat tanaman ini termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae dan sub famili Hylocereanea, genus Hylocereus. Buah naga sendawar termasuk jenis Hylocereus costaricensis (daging merah).Tanaman ini merupakan tanaman memanjat, sifat tanaman epifit. Secara morfologis tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun.
 
Bunga buah naga sendawar berwarna putih serta bentuknya mirip bunga wijaya kusuma. Kuncup bunga yang sudah berukuran panjang sekitar 20-30 cm akan mulai mekar pada malam hari sekitar pukul 18.00, bunga mekar penuh pada sekitar tengah malam. Bunga buah naga berbentuk menyerupai terompet memanjang yang menyebarkan bau yang harum. Bunga buah naga sendawar yang tidak terjadi pembuahan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan teh bunga buah naga dengan rasa yang enak dan menyegarkan. ( dari berbagai sumber
 
Sumber : http://desawonoharjo.blogspot.com/2011/01/buah-naga-di-pekarangan-menghasilkan-10.html

Rabu, 02 Januari 2013

Kearifan Lokal - Membuat Pupuk Organik Cair - Berbasis Urine

 

Kearifan Lokal - Membuat Pupuk Organik Cair - Berbasis Urine
resep tabib perguruan tani mandiri oleh Harris Herawan

Bahan:
Urine (sapi, kambing, kelinci atau sejenisnya) sebanyak 100 liter
Batang/bonggol pisang sebanyak 5 kg
Sabut kelapa muda sebanyak 1 kg
Buah maja sebanyak 3 buah
Molase/tetes tebu sebanyak 4 kg
Buah nanas (tua/busu) sebanyak 4 buah
Starter/bioactivator/Ragi Kompos sebanyak 2  botol
Bekatul sebanyak 1 kg
Ragi tape 3-5 butir

Peralatan:
Drum plastik volume 200 liter
Kayu pengaduk
Parang tajam

Cara membuatnya:
1.    Siapkan ragi kompos dan mollase campur dengan menggunakan air bersih (tidak mengandung chlorin/atau kaporit) secukupnya tambahkan bekatul dan aduk sampai homogen.
2.    Cacah halus gedebog/batang/bonggol pisang dengan menggunakan parang yang tajam demikian pula dengan sabut kelapa muda.
3.    Hancurkan buah maja dan buah nanas dengan cara masukkan ke kantong plastik tebal dan dipukul-pukul dengan menggunakan kayu sampai lumat.
4.    Masukan urine sapi, kambing, kelinci atau sejenisnya sebanyak ¼ drum plastik, masukkan larutan ragi kompos, mollase dan bekatul sambil diaduk sampai rata, berikutnya masukkan lumatan buah maja dan nanas dengan tetap terus diaduk, masukkan cacahan gedebog pisang dan sabut kelapa muda, tambahkan urine sampai volume ½  drum aduk terus agar homogen, terakhir masukkan ragi tape yang sudah dihancurkan dan tambahkan larutan urine sampai habis (umumnya masih ada sisa ¼ volume drum yang kosong). Tambahkan sedikit air sampai volume total larutan dan padatan sekitar 175 liter.
5.    Tutup rapat-rapat dengan menggunakan plastik. Setiap hari sekali dibuka kemudian diaduk selama 15 menit, tutup lagi dan biarkan. Ulangi perlakuan tersebut sampai tujuh hari. Pada minggu kedua pengadukan dilakukan setiap dua atau tiga  hari sekali, kemudian ditutup dan biarkan.
Proses fermentasi akan berlangsung sekitar 2 minggu, pada setiap kegiatan pengadukan amati proses yang terjadi (kemunculan busa, warna cairan coklat kehitaman dan kental, bau/aroma menyengat yang berangsur-angsur berkurang) berarti proses berjalan dengan baik.

Cara Aplikasi:
Saring larutan POC dengan menggunakan kain kassa (kain nyamuk), sisa ampas masukkan kembali ke dalam drum.

1.    Aplikasi semprot: ambil larutan POC 1 gelas (250 cc) campur dalam air 14-15 liter (1 tangki handsprayer), semprot merata pada tanaman pangan, palawija dan sejenisnya sebaiknya pagi hari sebelum pk. 11.00 optimum ulangi setiap 7-10 hari sekali.
2.    Aplikasi kocor/siram: ambil larutan POC 1 gelas (250 cc) campur dalam air 10 liter (1 ember), kocor pada tiap lubang tanam sebanyak 150-200 cc sebaiknya pagi hari sebelum pk. 11.00 optimum,  ulangi setiap 10 hari sekali.
3.    Aplikasi semprot dapat digabungkan dengan pupuk organik cair ber”merek” sehingga lebih berhemat, maupun pestisida.
4.    Aplikasi kocor dapat digabungkan dengan pupuk organik cair ber”merek”, pupuk kompos, maupun pupuk  sintetis.

Catatan:
Buah mojo berfungsi untuk meningkatkan kandungan Nitrogen, sumber mikroba dan pemasok hara mikro bila tidak ada bisa diganti dengan daun sirsak, sengon ataupun daun kaliandra.Serabut kelapa berfungsi untuk meningkatkan kandungan Kalim,sedangkan gedebog pisang untuk meningkatkan unsur Phospat, Si dan mikro element lainnya.
Buah Nanas berfungsi sebagai penawar bau, sumber biakan mikroba, serta hormon dan unsur hara mikro.
Urine kaya kandungan unsur N serta biopestisida
Ragi kompos sebagai sumber konsorsium mikroba terpilih.
Ragi Tape sebagai sumber mikroba saccharomices, pengurang aroma menyengat, sekaligus membuat aroma pupuk organik cair menjadi “harum” – tapi tetap jangan diminum untuk demo!
Penggunaan dosis kecil namun rutin akan lebih baik hasilnya dibanding dosis tinggi namun hanya sekali aplikasi.
Penghematan penggunaan pupuk sintetis adalah berkisar 25-35% dari dosis rekomendasi setempat.

Selamat mencoba, mari muliakan kehidupan petani.

Sumber : http://www.facebook.com/groups/kliniktani/doc/313943011971420/

Selasa, 01 Januari 2013

Mengenal Aneka Sapi di Dunia

Mengenal Aneka Sapi di Dunia

 
Sapi yang ada di dunia pada saat inidapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok sapi-sapi tropis dan kelompok sapi-sapi sub topis. Kelompok sapi tropis contohnya sapi Zebu, Bos sondaicus, sapi Bali dan sapi Madura. Sedangkan yang termasuk kelompok sapi sub tropis adalah sapi Aberdeen angus, sapi Hereford, sapi Shorthorn, sapi Charolais, sapi Simmental, sapi Frisien Holland, dan masih banyak lagi jenisnya. Sedangkan berdasarkan tujuan dari pemeliharaan maka bangsa sapi dapat dibedakan beberapa tipe yaitu :
 
1.1.1. Sapi Tipe Potong
1.1.2. Sapi Tipe Pekerja
1.1.3. Sapi Tipe Perah
Untuk Itu Kita Bahas Satu-Persatu

1.1.1. Sapi Tipe Potong

Sapi tipe potong adalah sapi-sapi yang mempunyai kemampuan untuk memproduksi daging dengan cepat, pembentukan karkas baik dengan komposisi perbandingan protein dan lemak seimbang hingga umur tertentu. Sapi potong pada umumnya mempunyai ciri-ciri :
• Bentuk tubuh yang lurus dan padat
• Dalam dan lebar,
• Badannya berbentuk segi empat dengan semua bagian badan penuh berisi daging.
Sapi-sapi yang termasuk dalam tipe sapi potong diantaranya : Sapi Brahman, Sapi Ongole, Sapi Sumba Ongole (SO), Sapi Hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Brangus, Sapi Aberden Angus, Sapi Santa Gartudis, Sapi Droughtmaster, Sapi Australian Commercial Cross, Sapi Sahiwal Cross, Sapi Limosin, Sapi Simmental, Sapi Peranakan Ongole.
 
1.1.1.1. Sapi Brahman


Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama adalah Kankrej (Guzerat), Nelore, Gir,dan Ongole. Sapi Brahman digunakan sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar, tanduk, telinga besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada. Sapi Brahman selama berabad-abad menerima kondisi kekurangan pakan, serangan serangga, parasit, penyakit dan iklim yang ekstrim.
 
Di India menjadikan sapi Brahman mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi eropa karena memiliki lebih banyak kelenjar keringat, kulit berminyak di seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit. Kharakteristik Sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa antara 800 sd 1100 kg, sedang betina 500-700 kg. berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompettif dengan jenis sapi lainnya. Persentase karkas 48,6 s.d 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83-1,5 kg. Sapi Brahman mempunyai sifat pemalu dan cerdas serta dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang bervariasi. Sapi ini suka menerima perlakuan halus dan dapat menjadi liar jika menerima perlakuan kasar. Sapi Brahman warnanya bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi jantan warnanya lebih tua dari betina dan memeliki warna gelap didaerah leher, bahu dan paha bawah.
 
Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka dapat bertahan dari suhu 8-105 F, tanpa ganguan selera makan dan produksi susu. Sapi Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi eropa dan dikenal dengan Brahman Cross (BX)

1.1.1.2. Sapi Ongole

 
Sapi Ongole berasal dari India, tepatnya di kabupaten Guntur, propinsi Andra Pradesh. Sapi ini menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia.
Karakteristik Sapi ongole merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir yang lebar yang longgar dan menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek. Kepala bagian depan lebar diantara kedua mata.
 
Bentuk mata elip dengan bola mata dan sekitar mata berwarna hitam. Telingan agak kuat, ukuran 20-25 cm, dan agak menjatuh. Tanduknya pendek dan tumpul, tumbuh kedepan dan kebelakang. Pada pangkal tanduk tebal dan tidak ada retakan. Warna yang populer adalah putih. Sapi jantan pada kepalanya berwarna abu tua, pada leher dan kaki kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor putih, kelopak mata putih dan otot berwarna segar, kuku berwarna cerah dan badan berwarna abu tua.
Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai dewasa penuh. Bobot sapi 600 kg pada sapi jantan dan 300-400 kg untuk sapi betina. Berat lahir 20-25 kg. persentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging tulang 3,23 : 1.

1.1.1.3. Sumba Ongole (SO)
 
Sapi ongole (Bos indicus) memerankan peran yang penting dalam sejarah sapi di Indonesia. Sapi  jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, India ke pulau Jawa, Madura dan Sumba. Di Sumba dikenal dengan sapi Sumba Ongole.
Sapi Sumba Ongole (SO) dibawa ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi asal jawa dan kemudian dikenal dengan peranakan ongole (PO). Sapi ongole dan PO baik untuk mengolah lahan karena badan besar, kuat, jinak dan bertemperamen tenang, tahan terhadap panas, dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang minim.
 
Sapi-sapi ongole asal India dimasukkan kali pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Pulau Sumba, pada awal abad ke 20, sekitar tahun 1906-1907. Dari empat jenis sapi, yang dimasukkan ke Sumba saat itu, yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi Ongole, ternyata hanya sapi Ongole yang mampu beradaptasi dengan baik dan berkembang dengan cepat, di pulau yang panjang musim kemaraunya ini. Sekitar tujuh atau delapan tahun kemudian, pada tahun 1914, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole murni. Upaya ini disertai  dengan memasukkan 42 ekor sapi ongole pejantan, berikut 496 ekor sapi ongole betina serta 70 ekor anakan ongole.
 
Dalam laporan tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur (1989) tercatat, pada tahun 1915, Pulau Sumba sudah mengekspor enam ekor bibit sapi ongole pejantan. Empat tahun kemudian, pada 1919, ekspor sapi ongole dari Pulau Sumba tercatat sebanyak 254 ekor, dan pada tahun 1929, meningkat mencapai 828 ekor. Sapi-sapi asal Sumba ini pun memiliki merek dagang, sapi Sumba Ongole (SO).
 
Perkembangan selanjutnya, Sumba kembali ditetapkan sebagai pusat pembibitan sapi ongole murni di masa pemerintahan Presiden Soeharto, melalui Undang-Undang Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 6 Tahun 1967. Sapi ongole memang menjadi ciri khas Pulau Sumba, terutama Sumba Timur. Selain sapi, kekhasan lain Sumba Timur adalah padang rerumputan (sabana). Bentangan sabana kering tampak bagaikan lautan menguning. Kemarau panjang mencapai puncaknya di bulan Oktober. Kondisi alam yang menantang ini menjadi rutinitas bagi sebagian penduduk di Pulau Sumba, yang mengandalkan penghidupan mereka sebagai penggembala. 

1.1.1.4. Sapi Hereford

Sapi ini turunan dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan rata-rata 900 kg dan berat betina 725 kg. Bulunya berwarna merah, kecuali bagian muka, dada, perut bawah dan ekor berwarna putih. Bentuk badan membulat panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagaian sapi bertanduk dan lainnya tidak. 

1.1.1.5. Shorthorn


Sapi ini sama dengan Hereford yaitu dikembangkan di negara Inggris. Bobot sapi jantan 1100 kg dan sapi betina 850 kg. bulunya berbintik merah dan putih. Bentuk tubuh bagus dengan punggung lurus. Pertumbuhan ototnya kompak. Sebagian sapi bertanduk pendek, tetapi kebanyakan tidak bertanduk. 

1.1.1.6. Brangus

 
Sapi Brangus merupakan persilangan sapi betina Brahman dan pejantan Angus. Ciri khasnya adalah warna hitam dengan tanduk kecil. Sifat Brahman yang diwarisi brangus adalah adanya punuk, tahan udara panas, tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang mutunya kurang baik. Sedangkan sapi Angus yang diturunkan produktifi tas dagingnya tinggi dan persentase karkasnya tinggi.

1.1.1.7. Aberden Angus

Sapi angus (Aberden Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi ini tidak memiliki tanduk umur dewasa sapi Angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi, sebagai penghasil daging dan tidak digunakan untuk menghasilkan susu.
 
Anak sapi ukurannya kecil sehingga induk tidak banyak mengalami banyak stres pada saat melahirkan pedet. Untuk memperbaiki genetik sapi angus sering di kawin silangkan dengan sapi lain, misalnya sapi Brahman. Hasil persilangan disebut Brangus (Brahman Angus). Contoh gambar sapi Angus jantan tertera pada gambar 11. Di Indonesia sapi angus di perkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia Baru di di beberapa tempat di Jawa Tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran agak panjang, keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan ototnya kompak. Sapi tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan 900 kg, sedangkan betina 700 kg. persentase karkas 60%, dengan mutu daging sangat baik dan lemak menyebar dengan baik di dalam daging.


1.1.1.8. Santa Gertrudis


Sapi ini persilangan dari sapi jantan Brahman dengan sapi betina Shorthorn, dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas AS tahun 1943 dan pada tahun 1973 masuk ke Indonesia. Bobot.jantan rata-rata 900.kg dan bobot betina 725.kg. Badan sapi besar dan padat, Seluruh tubuh dipenuhi bulu pendek dan halus serta berwarna merah kecoklatan, Punggungnya lebar dan dada berdaging tebal, Kepala lebar, dahi agak berlekuk dan mukanya lurus, Gelambir lebar berada di bawah leher dan perut, Sapi jantan berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk. Berat sapi jantan mencapai 900 kg sedang betina 725 kg. Dibanding sapi Eropa sapi Santa Gertrudis mempunyai toleransi terhadap panas yang lebih baik dan pakan yang sederhana dan tahan gigitan caplak. 

1.1.1.9. Droughmaster

 
Merupakan persilangan antara betina Brahman dengan jantan Shorthorn, dikembangkan di Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di Indonesia. Sifat Brahman lebih dominan, badannya besar dan otot padat. Warna bulu merah coklat muda hingga merah atau cokelat tua. Pada ambing sapi betina terdapat bercak putih. Contoh gambar sapi Droughmaster .

1.1.1.10. Australian Commercial Cross (ACC)
 
Sapi Australian Commercial Cross (ACC) yang digunakan sebagai sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi di Indonesia merupakan hasil persilang- an sapi-sapi di Australia yang tidak diketahui dengan jelas asal usul maupun proporsi darahnya. Dari beberapa informasi yang telah ditelusuri, diketahui bahwa sapi ACC berasal dari peternakan sapi di Australia Utara (Northern Territory).
 
Sapi ACC tersebut dapat berupa sapi Shorthorn Cross (SX), Brahman Cross maupun sapi hasil persilangan sapi-sapi Australia yang cenderung masih mempunyai darah Brahman (Ngadiyono, 1995). Meskipun demikian pengamatan terhadap sapi-sapi bakalan ACC yang diimpor ke Indonesia menunjukkan bahwa secara fenotipik, karakteristik fi sik sapi ACC lebih mirip sapi Hereford dan Shorthorn yakni tubuh lebih pendek dan padat, kepala besar, telinga kecil dan tidak menggantung, tidak mempunyai punuk dan gelambir, kulit berbulu disekitar kepala, pola warna bervariasi antara warna sapi Hereford dan Shorthorn (Hafi d, 1998).
 
Menurut Australian Meat and Livestock Corporation (1991), sapi ACC merupakan campuran dari Bos Indicus (sapi Brahman) dan Bos Taurus (Sapi British, Shorthorn dan Hereford), sehingga sapi ini mempunyai karakteristik menguntungkan dari kedua bangsa tersebut, yaitu mudah beradaptasi terhadap lingkungan sub optimal seperti Brahman dan mempunyai pertumbuhan yang cepat seperti sapi British. Hafi d dan Hasnudi (1998) telah membuktikan bahwa sapi bakalan ACC yang kurus jika digemukkan singkat (60 hari) akan sangat menguntungkan sebab sapi ini menghasilkan pertambahan bobot badan harian ±1.61 kg/hari dengan konversi pakan 8.22 dibandingkan jika digemukkan lebih lama (90 atau 120 hari).
 
Beattie (1990), menyatakan bahwa Northern Territory, Kimberley dan Quensland merupakan tempat pengembang an sapi ACC di Australia yang memiliki sapisapi Eropa antara lain Shorthorn dan Hereford serta sapi India (Zebu) yaitu sapi Brahman. Program ini telah menghasilkan beberapa bangsa hasil persilangan seperti Santa Gertrudis, Braford, Droughmaster dan sapi-sapi persilangan lain yang masih mempunyai darah Brahman.
Sapi Shorthorn berasal dari Inggris dan merupakan tipe daging dengan bobot jantan dan betina dewasa masingmasing mencapai sekitar 1.000 kg dan 750 kg (Pane, 1986). Sifat yang menonjol yaitu temperamen yang baik dan pertumbuhan yang cepat pada pemeliharaan secara feedlot (Blakely dan Bade, 1992).
Sapi Shorthorn dimasukkan ke Australia pada abad ke 19. Kemudian di CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton disilangkan dengan sapi Hereford dan menghasilkan sapi Hereford Shorthorn (HS) dengan proporsi darah 50% Hereford dan 50% Shorthorn (Turner, 1977; Vercoe dan Frisch, 1980).


1.1.1.11. Sapi Brahman Cross
 
Minish dan Fox (1979) menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia secara komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford Shorthorn (HS). Hasil persilangan dengan Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross (BX). Sapi ini mempunyai keistimewaan karena tahan terhadap suhu panas dan gigitan caplak, mampu beradaptasi terhadap makanan jelek serta mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi.
 
Menurut Turner (1977) sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton Australia. Materi dasarnya adalah sapi American Brahman, Hereford dan Shorthorn. Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford dan 25% darah Shorthorn. Secara fi sik bentuk fenotif sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan pola warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya.
 
Sapi Brahman Cross (BX) memiliki sifat-sifat seperti: persentase kelahiran 81.2%, (2) rataan bobot lahir 28.4 kg, bobot umur 13 bulan mencapai 212 kg dan umur 18 bulan bisa mencapai 295 kg, (3) angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5.2%, mortalitas sebelum disapih 4.4%, mortalitas lepas sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1.2% dan mortalitas dewasa sebesar 0.6%, (4) daya tahan terhadap panas cukup tinggi karena produksi panas basal rendah dengan pengeluaran panas yang efektif, (5) ketahanan terhadap parasit dan penyakit sangat baik, serta (6) efi siensi penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan persilangan Hereford Shorthorn (Turner, 1977).
 
Menurut Winks et al. (1979), jantan kebiri sapi BX di daerah tropik Quensland secara normal performansnya di bawah bangsa sapi eropa. Pada lingkungan beriklim sedang, steer sapi Hereford lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan sapi BX. Lebih lanjut dijelaskan, pada bobot hidup fi nishing yang sama produksi karkas sapi BX lebih berat dibandingkan sapi Frisian karena memiliki persentase karkas (dressing percentage) yang lebih tinggi. Bobot karkas sapi Shorthorn terletak antara sapi Brahman dan Hereford. Persentase karkas sapi Hereford lebih rendah dibandingkan sapi BX dan lebih tinggi dibandingkan sapi Frisian. Karkas sapi Frisian memiliki persentase tulang lebih tinggi dibanding kan sapi Shorthorn dan BX. kadar lemak bervariasi mulai dari 4.2% sampai 11.2%, terendah pada sapi Frisian dan tertinggi pada Shorthorn.
 
Di Indonesia, sapi BX diimpor dari Australia sekitar tahun 1973 namun penampilan yang dihasilkan tidak sebaik dengan di Australia. Hasil pengamatan di ladang ternak Sulawesi Selatan memperlihatkan:
• persentase beranak 40.91%,
• calf crop 42.54%,
• mortalitas pedet 5.93%,
• mortalitas induk 2.92%,
• bobot sapih umur 8-9 bulan 141.5 kg (jantan) dan 138.3 kg (betina),
• pertambahan bobot badan se-belum disapih sebesar 0.38 kg/hari (Hardjosubroto, 1984; Ditjen Peternakan dan Fapet UGM, 1986).
 
Sebagian besar sapi di Australia merupakan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis yang di impor dari Amerika. Persilangan antara kedua bangsa sapi ini dengan sapi Zebu menghasilkan bangsa sapi yang sama dengan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis yakni Brangus dan Braford. Persilangan lebih lanjut menghasilkan sapi Droughtmaster yang merupakan hasil persilangan dengan komposisi darah 3/8-5/8 darah Zebu utamanya American Brahman yang di impor dari Texas (Payne, 1970). Sementara sapi Brangus mempunyai komposisi darah 5/8 Angus dan 3/8 Brahman (Minish dan Fox, 1979). 

1.1.1.13. Sapi Simmental

 
Sapi simental berasal dari Swiss, dipublikasikan pertama kali pada tahun 1806. Pemanfaatan sapi Simental untuk produksi susu, mentega (butter), keju dan daging serta dimanfaatkan untuk hewan penarik beban. Pada awal 1785
parlemen Swiss membatasi ekpor sapi Simental karena mereka kekurangan sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kemudian sapi disebar pada 6 benua. Jumlah sapi Simental diperkirakan sekitar 60 juta ekor.
Pada tahun 1990 bulu sapi Simental berwarna kuning, merah dan putih. Pada dewasa ini kebanyakan berwarna hitam. Peternak berkeyakinan sapi hitam mempunyai harga yang lebih baik. Sapi Simental adalah jenis sapi jinak dan mudah untuk dikelola, dan dikenal.


1.1.1.12. Sapi Limousin

 
Sapi Limousine merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat perharinya 1,1.kg. Contoh sapi Limousine tertera pada gambar 15. Ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung. Bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg dengan pola daging yang ekstrim. Sapi yang asli badannya besar dengan tulang iga dangkal, tetapi akhir-akhir ini ukuran sedang lebih disenangi. Sapi jantan beratnya 1000 sd 1400 kg, sedang betina 600-850 kg. masa produktif sapi betina antara 10-12 tahun.
Sapi Simental dikembangkan Indonesia tahun 1985 melalui semen beku yang dikawinkan dengan sapi PO. Anak sapi yang berumur 2 bulan pertumbuhannya pesat sekali. Sapi berumur 23 bulan dapat mencapai bobot 800 kg dan pada umur 2,5 tahun mencapai 1.100 kg. Di Jawa sapi Simental dikawinkan dengan sapi Friesian Holstein, untuk mendapatkan sapi yang performasinya lebih baik. Perkawinannya dilakukan dengan cara IB, dimana semen yang di pilih sudah diketahui jenis kelaminnya. Anak simental yang dikehendaki adalah yang jantan, karena jika betina produksi susunya dan dagingnya kurang baik.


1.1.1.14. Sapi PO

 
Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan persilangan antara sapi Ongole dengan sapi-sapi lokal yg ada di Jawa dan Sumatera. Ponok dan gelambir kelihatannya kecil atau tidak ada sama sekali. Warna bulu sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu-abuan. Banyak terdapat di pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.

1.1.2. Sapi Tipe Pekerja
Sapi-sapi yang di masukkan dalam kelompok sapi tipe pekerja pada umumnya mempunyai tubuh  yang besar, perototannya kuat, tulangnya kuat dan besar serta tidak ada pelekatan lemak dibawah kulit. Mempunyai kulit kuat dan tahan terhadap berbagai cuaca. Sapi-sapi asli dari Indonesia pada umumnya termasuk dalam kelompok sapi tipe pekerja, sebagai contoh sapi bali, sapi madura dan sapi grati.
 
1.1.2.1. Sapi Bali 

 
Ditinjau dari sistematika ternak, sapi Bali masuk familia Bovidae, Genus bos dan Sub-Genus Bovine. yang termasuk dalam sub-genus tersebut adalah; Bibos gaurus, Bibos frontalis dan Bibos sondaicus, sedang Williamson dan Payne menyatakan bahwa sapi Bali (Bos-Bibos Banteng) yang spesies liarnya adalah banteng termasuk Famili bovidae, Genus bos dan sub-genus bibos. Sapi Bali mempunyai ciri-ciri khusus antara lain; warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi hitam. Satu karakter lain yakni perubahan warna sapi jantan kebirian dari warna hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda keemasan yang diduga karena makin tersedianya hormon testosteron sebagai hasil produk testis. Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia, yang didomestikasi dari spesies banteng (Bibos Banteng).

Tujuan utama pemeliharaan digunakan sebagai penghasil daging, kerja penarik bajak, dan kultur sosial lainnya. Sampai saat ini telah di distribusikan pada 22 propinsi. Warna sapi jantan adalah merah kecoklatan, dengan warna putih pada sekitas pantat. Sedangkan sapi betina kuning kemerah-merahan sampai coklat dengan warna putih pada sekitas pantan dan paha. Bentuk tanduk pada sapi jantan berbentuk U.
Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa ada tanda-tanda khusus yang harus dipenuhi sebagai sapi Bali murni, yaitu warna putih pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam, bulu pada bagian dalam telinga putih, terdapat garis belut (garis hitam) yang jelas pada bagian atas punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling edial disebut bentuk tanduk silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar lalu membengkok keatas, kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar.
Pada yang betina bentuk tanduk yang ideal yang disebut manggul gangsa yaitu jalannya pertumbuhan tanduk satu garis dengan dahi arah kebelakang sedikit melengkung kebawah dan pada ujungnya sedikit mengarah kebawah dan ke dalam, tanduk ini berwarna hitam.


1.1.2.2. Sapi Madura


Sapi Madura merupakan hasil persilangan sapi Bali (Bibos banteng), sapi Ongole (Bos indicus) dan sapi Jawa (bos javanicus). Warna sapi merah kecoklatan tanpa warna putih di pantat. Keseragaman jenis sapi telah dikembangkan oleh orang madura. Secara umum tubuh kecil dan berkaki pendek. Sapi jantan mempunyai punuk yang berkembang baik dan jelas, sedangkan sapi betina tidak berpunuk. Sumber : Ensiklopedi Wikipedia, 2007
 
 Pada kepala terdapat tanduk kecil, melengkung ke depan dan melingkar seperti bulan sabit. Bobot sapi jantan 300 kg dan sapi betina 250 kg. berat pedet pada waktu lahir 12-18 kg. umur dewasa kelamin 20-24 bulan. Pertambahan berat badan 0,25-0,6 kg per hari. Persentase karkas 48-63% dan perbandingan daging tulang adalah 5,84 :1. Sapi Madura banyak digunakan untuk lomba pacuan sapi yang dikenal dengan karapan sapi. 

1.1.3. Sapi Tipe Perah
Sapi perah adalah sapi-sapi yang mempunyai kemampuan memproduksi air susu dalam jumlah yang cukup banyak. Sapi perah pada umumnya mempunyai bentuk tubuh bagian belakang melebar kesegala arah sehingga terdapat kebebasan untuk pertumbuhan ambing atau mempunyai bentuk trapesium. Jenis sapi perah antara lain:
 
1.1.3.1. Sapi FH
 
Sapi FH sangat populer sebagai sapi perah. Pertama dibawa dari pulau Fries Land barat Belanda dan sebagian dari Australia serta Selandia baru, Amerika, Kanada, dan Jepang. Warnanya putih dan hitam dan sangat disukai peternak.
Sapi FH memiliki performansi yang baik sebagai penghasil daging dan susu. Distribusinya sebagian di dataran tinggi (700 m di atas permukaan laut) dengan temperatur antara 16-23o C, lembab dan basah di pulau Jawa.
Sapi Holsteins dapat dikenali dengan cepat dari warnanya yaitu putih dan hitam/merah serta produksi susunya yang tinggi. Berat pedet yang baru lahir dapat mencapai 45 kg, berat dewasa dapat mencapai 750 kg dengan tinggi 58 inchi.
Sapi dara dapat dikawinkan pada umur 15 bulan, jika berat badan sudah mencapai 400 kg, diharapkan umur pada waktu pertama kali melahirkan antara 24-27 bulan. Lama kebuntingan sekitar 9 bulan. Dengan lama produksi sekitar 6 tahun. Produksi susunya di Amerika 8.000 liter dengan lemak 330 kg  dan protein 275 kg per ekor per tahun. Di Indonesia produksi susu masih rendah, pertahun berkisar 3.000 liter.
 

1.1.3.2. Sapi Grati
Sapi grati merupakan hasil persilangan sapi FH dengan sapi Jawa-ongole. Sapi Grati dikembangkan di dataran rendah di daerah Grati, Jawa Timur. Populasi sapi Grati sekitar 10.000 ekor.
 

1.1.3.3. Sapi Jersey


Sapi Jersey berasal dari pulau Jersey di Inggris, digunakan sebagai penghasil susu. Ukuran sapi kecil berkisar 360 sampai 540 kg untuk sapi betina dan 540 sd 820 kg untuk sapi pejantan. Kandungan lemak susu pada susu sapi jersey tinggi. Jenis sapi ini belum ada di Indonesia. Warna sapi bervariasi dari abu-abu terang sampai hitam. Paha, kepala dan bahu sapi warnanya lebih gelap daripada warna tubuhnya. Sumber: Wikipedia, 2007
 

1.1.3.4. Sapi Sahiwal Cross
  
 
Habitat asli sapi Holstein di Holland memang beda dengan kondisi Indonesia. Kondisi disini mencakup: iklim, fauna dan vegetasi sebagai pensuplai nutrisi (pakan). Holstein murni memang kurang nyaman bila dipaksa tinggal dan bermukim di negeri kita. Kalau dipaksa, tentu bisa bertahan hidup, karena Holstein memang punya daya adapatasi yang cukup baik.   
 
Untuk di Indonesia, sapi perah biasanya dipelihara dengan penyediaan pakan yang tidak maksimal. Penyediaan rumput berkualitas rendah tidak cukup untuk mensuplai kebutuhan energi untuk hidup pokok. Setelah kebetuhan hidup pokok terpenuhi maka ternak baru akan menggunakan suplai energinya untuk memproduksi susu. Jadi ada korelasi yang sangat signifi kan antara pakan dan poduksi susu disamping dukungan faktor genetik. Max Dowell, ahli genetik sapi perah dari Cornell menyarankan, sapi perah yang cocok dengan iklim Indonesia dengan mengawinsilangkan sapi FH dengan sapi perah daerah tropis, misalnya sapi sahiwal dari India.
Kapasitas produksi Holstein silangan ini tentu tidak sebagus Holstein aslinya, tapi sapi hybreed ini kampiun dalam mempertahankan diri terhadap sengatan panas dan kelembaban yg tinggi, tahan terhadap serangan serangga dan parasit.
 
Mikroba rumen yang hidup di dalamnya juga mampu mencerna vegetasi yang khas untuk daerah tropis, yang notabene mengandung serat kasar dan lignin yang tinggi. Ukuran tubuhnya yang lebih ramping, juga lebih pas untuk daerah tropis.
Berat sapi dewasa sekitar 300-400 kg, berat lahir 18-23 kg. Produksi susu pertahun 1.800 kg, dengan lama laktasi 220 hari, dewasa kelamin pada umur 16 bulan.
 
Sumber : http://kelompokternakpucakmanik.blogspot.com/2011/04/mengenal-aneka-sapi-di-dunia.html

Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali

 

Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali


Analisis usaha merupakan sebuah cara untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu jenis usaha yang akan kita lakukan, menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu usaha, sub usaha atapun proyek. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa tinggikah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi maupun titik impasnya. Dengan mengetahui hal tersebut diatas, berbagai macam tindakan antisipasi dalam rangka untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan juga dapat dilakukan apabila Anda melakukan tindakan analisa usaha ini. Proses analisa usaha dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode atau cara, nah seperti pada pembahasan artikel sebelumnya mengenai Metode Analisis Usaha, maka pada kesempatan ini saya akan mencoba belajar membuat sebuah analisis usaha penggemukan sapi bali.

KONSEP USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
Konsep Usaha dalam Penggemukan sapi bali ini dilakukan dalam skup kelompok, dimana pengelolaan kegiatan usaha dilakukan oleh kelompok itu sendiri dengan diawasi dan di manage oleh pengurus kelompok, mulai dari pemberian pakan, pemeliharaan dan pengolahan limbah ternak.
Pola pembagian hasil dalam penggemukan sapi bali ini yakni dengan pola 70% : 30% dimana dari Keuntungan bersih 70% adalah Hak Petani sebagai pengelola dan 30% akan menjadi hak kelompok sebagai pemilik modal.

 
ASUMSI-ASUMSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
Asumsi-Asumsi dalam Usaha Penggemukan Sapi Bali Adalah :
1. Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang belum dimanfaatkan dan tidak diperhitungkan untuk sewa lahannya.
2. Sapi bakalan yang dipelihara sebanyak 10 Ekor jenis Pejantan Sapi Bali dengan harga awal Rp. 5.000.000/ekor dan berat badan lebih dari 300 kg/ekor.
3. Sapi dipelihara selama 6 bulan atau 180 Hari dengan penambahan berat badan sekitar 0,8 kg/ekor/hari.
4. Biaya Pembangunan Kandang Sebesar Rp. 10.000.000,-
5. Penyusustan kandang 20% Per tahun dengan demikian penyusutan untuk satu periode 10% dengan taksiran usia ekonomis 5 tahun
6. Sapi membutuhkan Vitamin dan obat-obatan sebesar Rp. 5.000/ekor/bulan
7. Peralatan kandang dibutuhkan sebesar Rp 500.000/tahun, dengan demikian untuk satu periode Rp. 250.000
8. Kotoran yang dihasilkan selama 1 periode sebanyak 20.917 kg kering dengan harga Rp. 1.000/kg
9. Bio Urine yang dihasilkan selama 1 periode sebanyak 27.000 Liter dengan harga Rp. 1.000/Liter
10. Pakan yang diperlukan untuk satu periode : HMT 40 kg x 30 x 180 x Rp.250 dan Konsentrat 3 kg x 30 x 180 x Rp. 4.000


ASPEK TEKSIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
Dari Asumsi-asumsi diatas maka dapat kita tuangkan kedalam aspek teknis dalam usaha penggemukan sapi bali dalam kurun waktu 1 periode penggemukan, yakni 6 bulan atau 180 hari sebagai dasar analisis usaha penggemukan sapi bali.


ASPEK TEKNIS
USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
( DALAM 1 PERIODE PENGGEMUKAN )
NO
KETERANGAN
JUMLAH
SATUAN
1
Pengadaan Sapi Bakalan :
A. Populasi Awal Penggemukan
10
Ekor
B. Harga Sapi Bali Bakalan
5.000.000
Rp/Ekor
C. Taksiran Bobot Awal Bakalan
300
Kg/Ekor
2
Periode Penggemukan :
A. Jumlah Bulan Penggemukan
6
Bulan
B. Jumlah Hari Penggemukan
180
Hari
3
Produksi Sapi Penggemukan :
A. Penambahan Bobot Ternak
0,8
Kg/Ekor/Hari
B. Bobot Tercapai dalam 1 periode
144
kg/Ekor
D. Bobot Akhir Ternak
444
Kg/Ekor
E. Harga Jual Sapi Penggemukan
20.000
Rp/Kg/ST
4
Pakan :
A. HMT (10% X Bobot Sapi)
40
Kg/Ekor/Hari
B. Konsentrat (1% X Bobot Sapi)
3
Kg/Ekor/Hari
C. Harga HMT
250
Rp/Kg
D. Harga Konsentrat
4.000
Rp/Kg
5
Obat-Obatan & Vitamin :
A. Biaya Obat-obatan dan Vitamin
5.000
Rp/ST/Bln
6
Biaya Lain-Lain :
A. Kebutuhan Listrik
1
Kwh/Hari
B. Biaya Listrik
1.000
Rp/Kwh
C. Kebutuhan Air
15
M3/Bln
D. Biaya Air
2.500
Rp/M3
7
Biaya Tenaga Kerja
30.000
Rp/HOK
8
Peralatan Kandang
500.000
Rp/Th
Penyusutan Peralatan (50%)
250.000
Rp/Periode
9
Produksi Pupuk :
A. Kotoran Basah (60% Tercerna)
16
Kg/Ekor/Hari
B. Produksi Kompos (Kadar Air = 24,21%)
5
Kg/Ekor/Hari
C. Harga Pupuk Kompos
1.000
Rp/Kg
E. Produksi Bio Urine Sapi
5
Liter/Ekor/Hari
F. Harga Bio Urine Sapi
1.000
Rp/Liter


ANALISIS KEUANGAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI
Dari Aspek teknis diatas maka dapat kami gambarkan aspek analisis keuangan dari penggemukan sapi bali dalam Periode I (6 Bulan) adalah sebagai berikut :


ANALISIS PENGGEMUKAN SAPI BALI
( Dalam 2 Periode)
NO
URAIAN
JML
SAT
HARGA (Rp)
JML. BIAYA (Rp)
A. BIAYA-BIAYA
1.
BIAYA INVESTASI
1. Bangunan Kandang (Kapasitas 10)
1
Unit
10.000.000
10.000.000
2. Bangunan Gudang Pakan
1
Unit
0
0
3. Peralatan Kandang
1
Paket
500.000
500.000
TOTAL BIAYA INVESTASI
10.500.000
2.
BIAYA VARIABEL
1. Pembelian Bibit Bakalan Sapi Bali
10
Ekor
5.000.000
50.000.000
2. Hijauan Makanan Ternak (HMT)
72.000
Kg
250
18.000.000
3. Konsentrat
5.400
Kg
4.000
21.600.000
5. Vitamin dan Obat-obatan
6
Bulan
300.000
1.800.000
6. Biaya Listrik
180
Kwh
1.000
180.000
7. Biaya Air
90
M3
2.500
225.000
TOTAL BIAYA VARIABEL
91.805.000
3.
BIAYA TETAP
Ongkos Tenaga kerja
24
HOK
30.000
720.000
Penyusutan Kandang 10%
10
%
10.000.000
1.000.000
Penyusutan Gudang Pakan 10%
10
%
0
0
Penyusutan Peralatan Kandang 50%
50
%
500.000
250.000
TOTAL BIAYA TETAP
1.970.000
TOTAL BIAYA-BIAYA ( B. VARIABEL+B. INVESTASI+B.TETAP)
104.275.000
B. PENERIMAAN
1. Penjualan Sapi (Target 400 Kg/Ekor)
4.440
Kg
20.000
88.800.000
2. Penjualan Pupuk Kompos
9.000
Kg
1.000
9.000.000
3. Penjualan Bio Urine
9.000
Liter
1.000
9.000.000
C. TOTAL PENERIMAAN
106.800.000
D. KEUNTUNGAN
2.525.000
E. B/C RASIO
1,024214817
 Keterangan :
Pada Periode Pertama Dengan Keuntungan yang sangat sedikit, mengingat adanya pembangunan aset kelompok yang cukup besar yakni pembangunan kandang koloni, namun untuk mengetahui cash flow analisi pada tahun selanjutnya dapat dilihat pada tabel cash flow dibawah


ANALISIS CASHFLOW PENGGEMUKAN SAPI BALI 
Analisis Cashflow merupakan gambaran sebuah investasi yang berjalan selama periode penggemukan berlangsung.

No
URAIAN
Tahun Ke
I
II
Periode I
Periode II
Periode I
Periode II
I
PENDAPATAN
1
Penjualan Sapi Potong
88.800.000
88.800.000
88.800.000
88.800.000
2
Penjualan Pupuk Kompos
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
4
Penjualan BIO-Urine
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
TOTAL PENDAPATAN
106.800.000
106.800.000
106.800.000
106.800.000
II
PENGELUARAN
A
BIAYA INVESTASI
1
Bangunan Kandang Koloni
10.000.000
0
0
0
2
Bangunan Gudang Pakan
0
0
0
0
3
Peralatan Kandangan
500.000
0
0
0
B
BIAYA TETAP
1
Pembelian Bibit Bakalan
50.000.000
50.000.000
50.000.000
50.000.000
2
Ongkos Tenaga kerja
720.000
720.000
720.000
720.000
3
Penyusutan Kandang (10%)
0
1.000.000
1.000.000
1.000.000
4
Penyusutan Peralatan (50%)
250.000
250.000
250.000
250.000
C
BIAYA VARIABEL
1
Biaya HMT
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
2
Konsentrat
21.600.000
21.600.000
21.600.000
21.600.000
4
Vitamin dan Obat-obatan
1.800.000
1.800.000
1.800.000
1.800.000
5
Biaya Listrik
180.000
180.000
180.000
180.000
6
Biaya Air
225.000
225.000
225.000
225.000
TOTAL PENGELUARAN
103.275.000
93.775.000
93.775.000
93.775.000
III
BENEFIT PER PERIODE
3.525.000
13.025.000
13.025.000
13.025.000
IV
BENEFIT PER TAHUN
16.550.000
26.050.000
V
ANALISIS-ANALISIS
1
DF = (P/F,12%,5)
0,8928
0,7971
2
Nilai Sekarang (PV)
14.775.840
20.764.455
3
(B/C) Ratio
1,08
1,14
4
NPV
85.422.277
Keterangan :
Mengingat Keterbatasan halaman maka kami bisa tampilkan Analisis Cashflow hanya pada periode yang ke IV pada tahun ke II, sedangkan pada tahun ke berikutnya hasilnya akan sama dengan tahun ke II, dan pada tahun ke IV maka kelompok sudah bisa melakukan pengembangan usaha berupa pembangunan kembali kandang koloni.
 
Sumber : http://kelompokternakpucakmanik.blogspot.com/2012/06/analisis-usaha-penggemukan-sapi-bali.html